Oleh Puspo Edi Giriwono
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian & SEAFAST Center, IPB University
Minyak nabati merupakan komponen penting dalam menjamin ketahanan pangan (Food security) dan kehidupan manusia, yang diperlukan baik sebagai bahan pangan, ingridien hingga kebutuhuan harian.
Seiring dengan pertumbuhan populasi dan meningkatnya tingkat hidup, kebutuhan akan minyak nabati diprediksi akan terus meningkat di masa depan.
OECD-FAO Agricultural Outlook 2021- 2030 memprediksi kebutuhan minyak nabati dunia akan mencapai 307,9 juta ton pada tahun 2050. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan dengan konsumsi saat ini yang berada di sekitar 200 juta ton per tahun.
Sumber minyak nabati, produktivitas, dan keberlanjutan
Beberapa komoditas minyak nabati arus utama yang saat ini diproduksi untuk memenuhi kebutuhan dunia adalah kedelai, sawit, rapeseed atau kanola, dan biji bunga matahari. Produktivitas masing masing komoditas tersebut berbeda untuk menghasilkan jumlah minyak nabati yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dunia. Produktivitas komoditas tersebut betul dapat ditingkatkan dengan bioteknologi, pembudidayaan dan GAP, namun secara karakteristik alami dari komoditasnya menunjukkan beberapa komoditas yang menjadi sangat berkelanjutan (memerlukan lahan yang kecil) untuk menghasilkan 300 juta ton minyak nabati di tahun 2050. Berikut adalah ilustrasi kebutuhan lahan dari beberapa komoditas utama penghasil minyak nabati (pada negara utama penghasil komoditas):
- Kedelai: Membutuhkan sekitar 320 juta hektar lahan untuk menghasilkan 100 juta ton minyak. Luas lahan ini setara dengan 49% dari luas daratan Amerika Serikat.
- Minyak Sawit: Membutuhkan sekitar 32 juta hektar lahan untuk menghasilkan 100 juta ton minyak. Luas lahan ini setara dengan 26% dari luas daratan Indonesia.
- Rapeseed: Membutuhkan sekitar 140 juta hektar lahan untuk menghasilkan 100 juta ton minyak. Luas lahan ini setara dengan 88% dari luas daratan Kanada.
- Minyak Bunga Matahari: Membutuhkan sekitar 120 juta hektar lahan untuk menghasilkan 100 juta ton minyak. Luas lahan ini setara dengan 120% dari luas daratan Ukraina.
Dengan memperhatikan kebutuhan lahan dan dampak lingkungan yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati dunia di masa mendatang, terlihat bahwa sawit merupakan komoditas yang berpotensial dan memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan populasi dunia di masa depan. Namun, berbagai tantangan perlu diatasi untuk pembudidayaan, produksi dan penjaminan keamanan dan mutu dari minyak sawit. Hal ini termasuk praktik budidaya yang baik dan berkelanjutan (GAP dan ISPO/RSPO), kajian dan evaluasi dampak lingkungan terutama ekosistem, hingga yang belakangan ini dikenal dengan Gerakan Palm Oil done Right, berasal dari negaranegara barat yang memahami betul dan menerima fakta bahwa sawit menjadi komoditas utama untuk memenuhi secara efisien kebutuhan dunia yang terus meningkat.
Tantangan minyak sawit
Berbagai tantangan yang dihadapi dalam produksi minyak sawit sebagai komoditas minyak nabati utama memerlukan penanganan dan investasi dari segi riset dan kajian untuk mitigasi risiko dan permasalahan seperti dalam hal kontaminan. Kontaminan yang sering ditemukan dalam minyak sawit antara lain adalah 3-MCPD dan Ester Glisidil (GE). Kedua kontaminan ini berisiko membahayakan kesehatan manusia setelah konsumsi jangka waktu lama, bersifat irreversible dan menjadi perhatian dan fokus bersama. Hal ini tertuang dengan diresmikan Code of Practice (COP) oleh Codex Alimentarius (CXC 79-2019) pada tahun 2019 untuk merekomendasikan langkahlangkah mitigasi dan minimalisir kedua kontaminan tersebut dalam minyak nabati.
Tantangan lain adalah munculnya isu baru yaitu ditemukan residu mineral oil pada minyak sawit, yang umum dikenal dengan istilah MOAH (Mineral Oil Aromatic Hydrocarbon) dan MOSH (Mineral Oil Saturated Hydrocarbon). Residu mineral oils tersebut umumnya berasal dari peralatan proses/industri berat sebagai pelumas mesin, dan ditemukannya pada produk akhir atau bahan pangan yang diperdagangkan mencerminkan diperlukannya peningkatan cara produksi yang baik atau (Good Manufacturing Practice/ GMP). Isu atau permasalahan residu MOAH/MOSH ini ditemukan juga di berbagai aspek industri pangan lainnya, seperti kemasan dan berbagai jenis bahan kontak pangan (Food Contact Material/FCM), misalnya plastik, perekat, barang dari karet, kertas dan papan lilin, dan tinta cetak. Sumber lainnya adalah pelumas dan bahan penghilang busa, pembersih dan bahan anti lengket. Kajian toksikologi menunjukkan bahwa MOSH kurang toksik, namun terakumulasi di jaringan adiposa manusia dan membentuk mikrogranuloma. Sedangkan MOAH telah diidentifikasi sebagai pengganggu endokrin yang signifikan.
Aspek kesehatan dari minyak sawit: kandungan asam lemak tidak jenuh omega 9 dan antioksidan
Dari aspek kesehatan, tantangan yang dihadapi oleh minyak sawit adalah persepsi bahwa minyak nabati tersebut kurang menyehatkan karena kandungan asam lemak jenuh (C16:0 palmitat) yang dapat mencapai 40%. Namun minyak sawit juga mengandung asam lemak tidak jenuh yang bermanfaat dengan jumlah yang sama tingginya mencapai 38%, yaitu asam oleat (C18:1) yang juga dikenal sebagai asam lemak tidak jenuh omega 9. Dalam hal proses, kadar oleat pada minyak sawit ini dapat ditingkatkan hingga mencapai kadar yang setara dengan minyak zaitun, yaitu >67%. Proses yang dapat meningkatkan oleat dapat menggunakan pendekatan bioteknologi, merekayasa genetik tanaman dan bibit menghasilkan varietas sawit dengan kadar oleat lebih tinggi. Atau dapat juga ditempuh dengan pendekatan langkah interesterifikasi yang dilanjutkan dengan fraksinasi bertahap dengan pengaturan suhu, untuk mendapatkan fraksi yang tinggi asam oleatnya. Dengan semikian, maka dapat dihasilkan minyak sawit yang memiliki kandungan lemak tidak jenuh setinggi minyak zaitun. Metode lain dapat melibatkan pencampuran minyak sawit dengan minyak nabati lain yang kaya asam lemak omega 9, seperti minyak bunga matahari, pada suhu yang berbeda-beda. Proses ini dapat meningkatkan kandungan asam lemak omega 9 dan omega 3 dalam blend minyak sawit secara signifikan.
Manfaat kesehatan lain dapat diperoleh dari kandungan antioksidan yang tinggi dalam minyak sawit adalah senyawa antioksidan karotenoid yang tinggi dengan kadar hingga 700 mg/ kg (ppm), serta vitamin E dengan kadar hingga 800 ppm. Beberapa manfaat kesehatan lainnya adalah:
- Menangkal Efek Radikal Bebas: karotenoid dan vitamin E dapat membantu melawan efek radikal bebas berlebih. Radikal bebas dapat merusak sel tubuh dan memicu berbagai penyakit tidak menular (PTM) yang terus meningkat prevalensinya.
- Menjaga Kesehatan Otak: Minyak sawit mengandung tokotrienol, yaitu jenis vitamin E yang berperan dalam menjaga kesehatan otak. Tokotrienol dapat mengurangi risiko demensia, stroke, dan pertumbuhan tumor otak. Studi klinis pemberian vitamin E dari minyak sawit di Malaysia menunjukkan penghambatan pembentukan lesi pada otak yang muncul pada pasien lansia.
- Mencegah defisiensi Vitamin A: Beberapa studi menunjukkan bahwa menambahkan minyak kelapa sawit ke pangan anak-anak dan ibu hamil dapat mengurangi risiko defisiensi vitamin A. Jenis minyak sawit merah (red palm oil) juga memiliki manfaat serupa dalam mencegah atau mengobati kekurangan vitamin A. Serta telah menjadi rujukan dan rekomendasi sebagai salah satu pendekatan untuk mencegah dan mengatasi defisiensi vitamin A pada negara negara asia Selatan seperti India.
Begitu ekstensif dan tinggi potensial dan efektivitas minyak sawit sebagai minyak nabati utama untuk menjawab tantangan kebutuhan minyak nabati dunia di masa depan, mulai dari volume kebutuhan untuk menjamin ketersediaan pangan hingga manfaat kesehatan. Namun masih terdapat sekian banyak tantangan yang perlu dihadapi dan diselesaikan untuk betul betul menghasilkan minyak sawit sebagai minyak nabati utama dunia yang berkualitas dan kelas tinggi. Di mana menjawab tantangan tantangan tersebut memerlukan visi yang jauh berpandangan ke depan, berani berinvestasi dan komitmen yang kuat dan tidak tanggung-tanggung untuk mendukung kajian, riset dan berbagai program pengembangan lainnya. Hal hal ini sangat disayangkan jika terhambat karena permasalahan administrasi, birokrasi atau kebijakan yang kurang tepat sasaran.
Akhir kata, penulis pernah menyampaikan dua tantangan pada komunitas yang bergerak di bidang minyak sawit secara khusus, dan masyarakat Indonesia pada umumnya, terutama pada generasi muda penerus bangsa. Satu: bisakah dan maukah negara Indonesia menjadi negara maju seperti negara ekonomi tinggi di dunia (G7) dengan sungguh sungguh memanfaatkan sumberdaya alam terbarukan yaitu sawit? Dua: kenapa tidak (bisa)?
Referensi: OECD-FAO Agricultural Outlook 2021-2030: http:// www.oecd.org/publications/oecd-fao-agriculturaloutlook-19991142.htm
Sustainable Production of Vegetable Oils: https:// cdn.who.int/media/docs/default-source/ nutritionlibrary/replace-transfat/replace-module-2-p. pdf?sfvrsn=e9f83030_4
Palm Oil and Health: https://www.health.harvard.edu/ staying-healthy/by-the-way-doctor-is-palm-oil-goodfor-you