Data WHO menunjukkan bahwa di seluruh dunia pembunuh paling besar ternyata adalah penyakit kardiovaskuler. Pada tahun 1995 penyakit kardiovaskuler telah menyebabkan kematian sekitar 15 juta jiwa, atau sekitar 30 % dari total penyebab kematian. Bahkan pada tahun 2020 diperkirakan bahwa penyakit kardiovaskuler atau penyakit jantung koroner akan merupakan 40% dari total penyebab kematian di dunia.
Penyakit kardiovaskuler mengacu pada setiap penyakit yang mempengaruhi sistem pembuluh darah (arteri, kapiler dan vena) terutama jantung, pembuluh darah otak dan ginjal serta arteri perifer. Penyebab penyakit kardiovaskular beragam tetapi aterosklerosis dan/atau hipertensi adalah penyebab yang paling utama. Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyempitan atau penyumbatan arteri koroner jantung yang umumnya disebabkan oleh aterosklerosis. Plaque aterosklerosis yang terbentuk pada dinding bagian dalam arteri jantung, dapat membatasi aliran darah ke otot jantung, sehingga kerja jantung menjadi tidak normal.
Keadaan aterosklerosis dicirikan oleh terjadinya pembentukan lesi ateroma yang berisi timbunan substansi lemak, kolesterol, produk-produk sisa seluler, kalsium dan fibrin, pada bagian dalam dinding arteri, yang disebut sebagai plaque. Dengan berjalannya waktu, arteri akan mengeras dan menyempit, sehingga akan membatasi aliran darah kaya akan oksigen ke seluruh organ tubuh. Hal ini akan membawa pada timbulnya masalah kesehatan yang serius, seperti serangan jantung, stroke, dan bahkan kematian.
Jantung
Tanda yang paling nyata dari fungsi jantung yang tidak normal (malfunctioning) adalah timbulnya rasa sakit yang hebat pada dada (angina pectoris) atau ritme jantung yang tidak stabil. Detak jantung per menit dengan kecepatan yang berubah-ubah merupakan faktor risiko independen dari kematian kardiovaskuler, terutama kematian mendadak. Belum ditemukan pengaruh langsung zat gizi mikro (vitamin dan mineral) terhadap kesehatan jantung, tetapi nampaknya zat gizi mikro tersebut berfungsi sebagai ko-enzim, ko-faktor atau grup prostetik bermacam-macam enzim yang tersangkut dalam pemeliharaan fungsi jantung.
Lemak yang banyak mengandung asam lemak tidak jenuh seringkali disebut sebagai “lemak yang baik”, karena dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah, mencegah peradangan (inflamasi), menstabilkan ritme kerja jantung sebagai “pompa” darah, dan memberikan pengaruh yang baik lainnya bagi tubuh. Studi observasional berskala besar dan studi intervensi klinis menunjukkan bahwa konsumsi asam lemak EPA (eikosapentaenoat) dan DHA (dokosaheksaenoat) dapat mengurangi risiko timbulnya penyakit jantung koroner. Suatu meta analisis menunjukkan bahwa asam lemak EPA dan DHA dapat menormalkan kecepatan detak jantung.
Penyebab langsung lain dari gagal jantung adalah ketidak-mampuan sel-sel dalam dinding jantung untuk memberikan energi yang cukup pada otot jantung agar dapat berfungsi secara efektif. Koenzim Q (ubikuinon) dapat meningkatkan efisiensi produksi energi oleh sel-sel jantung. Studi klinis memperlihatkan bahwa koenzim Q (CoQ10) secara konsisten dapat memperbaiki parameter jantung, seperti jumlah darah yang dapat dipompa oleh jantung. Oleh karena sifatnya yang sangat hidrofobik (lipofilik), tidaklah mudah untuk meningkatkan kadar koenzim Q dalam tubuh melalui makanan yang dikonsumsi. Konsumsi suplemen koenzim Q harus disertai dengan konsumsi lemak atau makanan berlemak tinggi. Prof. Deddy Muchtadi
Lebih lengkap mengenai artikel ini, dapat dibaca di majalah FOODREVIEW INDONESIA edisi Februari 2014 atau klik di sini