Pemalsuan pangan terjadi karena ada kasus substitusi (substitution), memberi tambahan yang salah (unapproved enhancements), menutupi kekurangan pangan (concealment), pelabelan yang salah (mislabeling), pengenceran (dilution), pemalsuan (counterfeiting), dan penyelundupan (grey market). Beberapa kasus yang mendapat perhatian dunia contohnya adalah pemalsuan minyak zaitun, pemalsuan identitas ikan, dan pangan organik, penyalahgunaan melamin pada susu, penyamaran identitas biji-bijan (beras brasmanti, GMO), penambahan gula pada madu, identitas jenis dan asal kopi atau teh, rempah-rempah, wine dan jus buah.
Indikator untuk mengenali hal hal tersebut secara modern dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara pertama adalah dengan indikator kandungan logam dari suatu area perkebunan yang identik dengan hasil panen daerah tersebut. Kedua dengan metabolomik fingerprint, yang dapat melacak identitas hasil metabolisme parsial atau keseluruhan yang dapat dianalisis dengan alat nuclear magnetic resonance (NMR), mass spectrometry (MS), gas chromatography mass spectrometry (GC–MS), liquid chromatography mass spectrometry (LC–MS), ultra performance liquid chromatography (UPLC), QTOF- MS, Orbitrap-based technologies, High- Resolution MS (HRMS), vibrational spectroscopic techniques (near-infrared/ NIR, mid-infrared/MIR), dan Raman.
Lebih lengkapnya silakan baca secara langsung FoodReview Indonesia edisi Agustus 2021: "Integritas Pangan: Menjamin Keamanan, Mutu dan Keaslian Pangan" dengan fitur digital interaktif yang dapat diakses pada https://bit.ly/agustusfoodreviewonline
Tidak mau ketinggalan setiap edisinya?
Daftar langsung untuk berlangganan (GRATIS) https://bit.ly/FRIDIGITAL
Gabung dan lengkapi koleksi majalah FoodReview:
Newsletter: http://bit.ly/fricommunity
Search FOODREVIEW on TOKOPEDIA & SHOPEE
#foodreviewindonesia #foodscience #foodtechnology #ilmupangan #teknologipangan #industripangan #integritas #pangan #menjamin #keamanan #mutu #keaslian #pangan