Editorial


Food Safety Challenges 2010

“ .... access to nutritionally adequate and SAFE food is a right of each individual.“
(International Conference on Nutrition, Rome, 1992 )

Disadari bahwa keamanan pangan merupakan prasyarat bagi pangan yang baik; sehat dan bermutu. Karena pangan merupakan hak asasi, maka keamanan pangan merupakan persyaratan asasi bagi tersedianya pangan untuk setiap individu. Kebanyakan penyakit yang disebabkan oleh pangan masuk dalam klasifikasi “akut”, bersifat “self-limiting” dan berdurasi pendek, walaupun dari segi keganasannya bisa bersifat sedang sampai ganas. Namun demikian, U.S. FDA memperkirakan bahwa 2 sampai 3 persen dari semua kasus akut akan mengalami penyakit sekunder jangka panjang, yang disebut “chronic sequellae.”

Chronic sequellae dari penyakit yang disebabkan oleh pangan dapat terjadi di setiap bagian tubuh dan sebagai akibat lanjutannya bisa mempengaruhi persendian, sistem syaraf, ginjal, atau jantung. Penjakit-penyakit yang bersifat kronis ini bisa mempengaruhi pasien dalam sepanjang sisa umurnya, atau bahkan bisa menyebabkan terjadinya kematian (premature death). Sebagai contoh, infeksi Campylobacter diperkirakan menyebabkan sekitar 20 sampai 40 persen kasus sindrom Guillain-Barré (Guillain-Barré Syndrome; GBS) yang bisa menyebabkan kelumpuhan. Sekitar 1.5 persen pasien yang terkena E. coli O157:H7 akan mengalami Hemolytic Uremic Syndrome (HUS), yang biasanya ditengarai dengan terjadinya kerusakan sel darah merah, kegagalan ginjal, dan komplikasi neurologik, seperti serangan jantung (stroke).

Apa artinya itu?

Keamanan pangan adalah hal yang serius. Keamanan pangan erat kaitannya dengan kesehatan individu dan secara agregat akan mempengaruhi status kesehatan suatu bangsa. Karena itulah maka masalah keamanan pangan ini hendaknya menjadi tanggungjawab bersama.

Di sepanjang tahun 2009, banyak sekali kasus keamanan pangan yang patut menjadi bahan evaluasi, baik oleh pemerintah, industri pangan, peneliti, dan juga konsumen. Sebut saja, kasus tentang cemaran bakteri Enterobacter sakazakii pada susu bubuk untuk bayi, kasus pemalsuan daging -daging ”sisa” hotel, dan kasus melamin. Ada juga cerita lama yang belum kunjung hilang; yaitu cerita tentang pemakaian formalin, pewarna tekstil, dan sebagainya dalam produk pangan. Belum lagi masalah sanitasi dan hygiene yang masih kurang diperhatikan. Umumnya kasus ini melibatkan industri kecil menengah; namun demikian tidak berarti bahwa industri besar kita tidak mempunyai tantangan. Bahkan menurut catatan, USFDA, dari berbagai kasus penolakan produk pangan Indonesia untuk masuk ke AS; sekitar 70 persen alasan penolakannya adalah karena filthy. Jelas merupakan tantangan semua pihak.

Ke depan, industri pangan yang berorientasi ekspor harus pula waspada dengan patogen-patogen baru bermunculan (emerging pathogens). Patogen itu antara lain adalah Listeria monocytogenes, Campylobacter jejuni, Cryptosporidium parvum, Cyclospora cayatanensis, Noroviruses, Rotavirus, Salmonella enterica Enteritidis, dan lain-lain.

Khususnya dengan semakin derasnya arus perdagangan internasional maka Indonsia perlu mengantisipasi hal ini dengan serius; paling tidak dengan melakukan kajian risiko mengenai berbagai emerging pathogens tersebut. Selamat membaca. Selamat tahun baru 2010

Purwiyatno Hariyadi, Ph.D
Pemimpin Redaksi



(FOOODREVIEW INDONESIA Desember 2009)

Artikel Lainnya

  • Sep 17, 2024

    Kopi Indonesia: Tantangan di Tengah Perubahan Iklim

    Kopi, sebagai minuman telah menjadi bagian dari budaya global, yang dapat ditemui di berbagai sudut dunia. Diperkirakan 5 miliar cangkir kopi dikonsumsi setiap hari. ...

  • Sep 15, 2024

    PELUANG pengembangan Green Tea Powder & Matcha di Indonesia

    ​Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gaya hidup sehat, minat konsumen terhadap produk green tea powder (GTP) dan matcha tea powder (MTP) di Indonesia terus mengalami peningkatan. Berbagai potensi manfaat kesehatan GTP dan MTP menjadikan produk-produk ini semakin diminati konsumen. ...

  • Sep 13, 2024

    Finding the Natural Ingredient for Food Preservation

    Utilizing natural antioxidants in food preservation not only helps maintain flavor, color, and nutritional quality but also aligns with the consumer demand for clean-label and health- promoting ingredients onsumers are increasingly aware of what is printed on the food label.  ...

  • Sep 11, 2024

    potensi & Tantangan bioteknologi & alternatif kopi

    Kopi telah menjadi komoditas unggulan Indonesia dan berperan penting dalam perekonomian negara. Selain itu, kopi juga telah menjadi bagian integral dari budaya masyarakat Indonesia, hal ini dapat dilihat dari maraknya kafe kopi dan berbagai kompetisi kopi yang digelar secara rutin. Akan tetapi, Kenaikan harga kopi yang signifikan telah menimbulkan tantangan baru bagi industri kopi. ...

  • Sep 05, 2024

    SNI Kopi Instan: Melindungi Konsumen & Menjamin Mutu Produk

    Kopi telah menjadi bagian dari budaya dan tak terpisahkan sebagai gaya hidup masyarakat Indonesia. Perkembangan budaya kopi saat ini ditandai dengan beragamnya jenis kopi, sampai pada cara produksi, penyiapan dan konsumsi kopi, sehingga memungkinkan setiap individu untuk menciptakan pengalaman minum kopi yang sesuai dengan selera dan gaya hidup mereka masing-masing. ...