Jenis kemasan yang umum digunakan berdasarkan karakteristik berbagai produk di atas, antara lain untuk produk pangan kering atau kadar air rendah: Kemasan harus memiliki permeabilitas rendah terhadap air dan gas (terutama oksigen, cahaya, dan flavor). Produk yang berkadar lemak tinggi harus menggunakan material kemasan yang kedap oksigen untuk menghindari ketengikan. Pengemasan dalam kemasan yang diisi gas inert nitrogen (N2) dan material kemasan dengan permeabilitas N2 yang rendah dapat menjadi solusi.
Perlu diperhatikan bahwa plastik high-density polyethylene (HDPE) dan low-density polyethylene (LDPE) sensitif terhadap lemak dan tidak cocok untuk mengemas produk berlemak. Poliester, cellophane, polipropilena, film inomer, dan polyester dengan LDPE atau HD-LDPE co-extruded film bisa menjadi alternatif (ICPE 2012).
Adapun yang perlu diperhatikan untuk produk minuman dan produk susu: rentan water loss, flavor uptake. Permeabilitas terhadap gas, kadar air, cahaya, flavor harus rendah. Susu pasteurisasi: HDPE, polietilen (PET), polikarbonat (PC), LDPE, atau kemasan ekstrusi karton dilaminasi LDPE di kedua sisi. Susu UHT: pengemasan aseptik dan paperboard/alufoil/plastic laminated carton; plastic pouches.
Selanjutnya dapat dibaca di Foodreview Indonesia edisi Oktober 2017