Penemuan EPA dan DHA berawal dari hasil pengamatan epidemiologis di tahun 1970 pada suku Inuit di Greenland di mana walaupun mempunyai asupan tinggi lemak, tetapi mempunyai kadar kolesterol darah yang rendah dan jarang menderita penyakit kardiovaskular. Penemu asam lemak ini yaitu Dyerberg dan Bang, pertama kali mempublikasikan hasil temuannya tersebut pada tahun 1971. Saat ini publikasi ilmiah terkait asam lemak omega-3 telah mencapai lebih dari 14.000 artikel termasuk 8.000 publikasi tentang uji klinis.
Asam lemak omega-3 terutama EPA dan DHA mempunyai peran penting bagi kesehatan. Pada dasarnya kedua asam lemak ini dapat disintesis tubuh sehingga bukan merupakan asam lemak esensial. Prekursor untuk EPA dan DHA adalah asam alfa linolenat (ALA, alpha linolenic acid, termasuk asam lemak omega-3). Melalui serangkaian elongasi (penambahan jumlah atom C) dan desaturasi (pengurangan kejenuhan), ALA diubah menjadi EPA, dan EPA dapat diubah menjadi DHA. Hanya saja perubahan ALA menjadi EPA dan DHA berjalan lambat karena enzim-enzim yang terlibat dalam perubahan tersebut juga mengubah asam linoleat (seri asam lemak omega-6) menjadi asam arakhidonat (ARA, suatu asam lemak omega-6). Hanya 5-10% ALA yang diubah menjadi EPA dan hanya 1-5% EPA yang diubah menjadi DHA, dan proses konversi ini dipengaruhi oleh asupan ALA dan asam linoleat dari makanan.
Lebih lengkapnya silakan baca di Foodreview Indonesia edisi Juni 2018: Dairy Opportunity.
Pembelian & Berlangganan hubungi kami : langganan@foodreview.co.id / 0251 8372 333 / WA 0811 1190 039