Dengan meningkatnya perhatian masyarakat pada masalah kesehatan dan pola hidup sehat, tak mengejutkan bila masyarakat dan para pimpinan di industri makin tertarik pada sumber, kualitas, dan keamanan makanan mereka. Namun ada gap antara apa yang diyakini masyarakat umum dan apa yang dipikirkan oleh para pimpinan di di industri pangan, yakni sebanyak tujuh dari 10 (69 persen) pimpinan di industri pangan mengatakan bahwa industri ini sebenarnya siap untuk mengelola ketertelusuran dan transparansi makanan, tapi hanya 35 persen konsumen yang setuju. Malahan, hanya 13 persen konsumen yang merasa bahwa industri benar-benar siap mengelola sistem ketertelusuran pangan mereka dan transparan tentang cara makanan mereka didistribusikan di supply chain yang ada. Sementara itu, di sisi pimpinan perusahaan industri pangan, hanya 27 persen yang yakin bahwa mereka benar-benar siap.
Temuan itu dikutip dari hasil studi yang dilakukan oleh Zebra Technologies Corporation tentang food safety supply chain vision study. Studi yang dipaparkan dalam sebuah acara jumpa jurnalis melalui sebuah aplikasi daring (17/11) tersebut menyoroti pandangan konsumen dan para pimpinan di industri pangan di seluruh dunia tentang masalah keamanan, ketertelusuran, dan transparansi produk pangan, mulai dari distribusi dan pergudangan hingga ke toko-toko grosir dan restoran.
Para responden yang disurvei mengatakan bahwa kekhawatiran utama mereka tentang keamanan pangan meliputi kebersihan dapur restoran dan kebersihan pramusaji, wabah yang menular melalui makanan, penyakit yang disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi, serta penarikan produk pangan. Konsumen mengatakan mereka tidak akan mudah memaafkan bila mengalami insiden yang berkaitan dengan makanan.
Sebanyak enam dari 10 orang mengatakan tidak akan kembali ke restoran yang membuat mereka terjangkit penyakit yang ditularkan melalui makanan atau mengalami keracunan makanan. Menurut 80 persen konsumen, perusahaanlah yang bertanggung jawab menerapkan solusi keamanan pangan dan memastikan bahwa semua makanan mereka betul-betul aman. Sebagian besar konsumen (70 persen) sangat ingin tahu bagaimana makanan dan bahan-bahannya diproduksi, dipersiapkan, dan dikelola. Sementara 69 persen mengatakan bahwa sumber makanan yang mereka konsumsi juga penting untuk diketahui.
“Studi kami menunjukkan bahwa di saat industri berusaha memastikan supply chain yang lebih transparan, masih banyak yang harus dilakukan untuk memperbaiki kepercayaan konsumen dan meningkatkan ketertelusuran makanan,” kata Tracy Yeo, Country Lead for Indonesia, Zebra Technologies Asia Pacific. “Perusahaan biasanya memiliki lebih banyak informasi yang dapat diberikan kepada konsumen agar tingkat kepercayaan mereka terhadap asal sumber makanan semakin membaik.”
Studi tersebut juga mendapati bahwa teknologi dapat memainkan peranan penting untuk mengatasi gap antara pemain industri dan konsumen, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal itu ditunjukkan dengan mayoritas pimpinan industri pangan, yakni sebanyak 90% mengakui bahwa investasi mereka pada solusi yang fokus pada sistem ketertelusuran akan memberikan keuntungan kompetitif, sebab dengan solusi itu mereka dapat memenuhi ekspektasi konsumen. FRI-08