
Oleh Eni Harmayani
Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada
Dalam beberapa dekade terakhir, tren hidup sehat semakin menguat. Konsumen tidak lagi sekadar mencari makanan dan minuman untuk mengenyangkan atau menghilangkan dahaga, tetapi juga untuk mendukung kesehatan, mencegah penyakit, bahkan meningkatkan kualitas hidup. Pergeseran ini telah mempopulerkan konsep pangan fungsional (functional food), terutama minuman fungsional (functional beverages) yang konsumsinya kini semakin mendominasi tren hidup sehat.
Di berbagai belahan dunia, pasar minuman fungsional tumbuh pesat. Data dari Grand View Research (2024) menyebutkan bahwa nilai pasar global minuman fungsional diperkirakan mencapai lebih dari USD 149,75 miliar pada tahun 2024 dan diproyeksikan mencapai USD 248,51 miliar pada tahun 2030, dengan pertumbuhan tahunan rata-rata 8,9% dari tahun 2025 hingga 2030. Tren plant-based lifestyle, clean label, dan natural wellness memperkuat kebutuhan akan minuman fungsional berbasis bahan alami. Lebih lanjut, meningkatnya biaya pengobatan, tren ke arah pencegahan penyakit, dan kecenderungan gaya hidup sehat menjadi faktor pendorong kebutuhan akan pangan fungsional.
Indonesia memiliki ratusan jenis minuman tradisional yang merupakan modal budaya dan biodiversitas yang sangat besar. Jauh sebelum istilah “minuman fungsional” populer, masyarakat Indonesia sudah terbiasa mengonsumsi jamu dan aneka minuman tradisional berbahan rempah dan herbal. Dari jamu kunyit asam, beras kencur, wedang jahe di Jawa, bajigur di Sunda, sekoteng di Betawi, hingga sarabba di Makassar—semuanya tidak dipercaya menyehatkan tubuh. Minuman tradisional tersebut dikonsumsi sebagai bagian dari diet sehari-hari dan merupakan warisan budaya yang menghubungkan rasa, ritual dan keyakinan akan khasiat tanaman lokal. Pertanyaannya, bagaimana minuman tradisional ini bisa bertransformasi menjadi produk minuman fungsional modern yang tidak hanya diterima oleh semua kalangan khusunya generasi muda di Indonesia, tetapi juga mampu bersaing di pasar global?
Ragam minuman tradisional Nusantara
Minuman tradisional Indonesia merupakan bagian penting dari kekayaan budaya Nusantara yang diwariskan secara turun-temurun. Setiap minuman memiliki asal-usul dan keunikan tersendiri yang mencerminkan tradisi serta kekayaan alam daerahnya masing-masing. Murdijati-Gardjito dkk. (2024) berhasil mendokumentasikan lebih dari 150 ragam minuman tradisional dari berbagai daerah di Indonesia mulai dari Jawa, Bali, NTB, NTT, Maluku, Papua, Sulawesi dan Kalimantan beserta kebiasaan minum masyarakat Indonesia. Beragam minuman tradisional tersebut dapat diklasifikasikan minuman segar berbasis buah, minuman hangat rempah, minuman seduhan, minuman fermentasi tradisional hingga jamu. Banyak diantaranya kaya antioksidan, fitonutrien, dan senyawa aromatik dengan potensi fungsional. Jamu adalah identitas kultural Indonesia sekaligus bentuk pengetahuan kesehatan yang diwariskan lintas generasi. Ratusan spesies tanaman obat dan rempah telah dimanfaatkan untuk pembuatan jamu, mencerminkan kekayaan biodiversitas Nusantara. Fungsi kesehatan jamu dibedakan menjadi ramuan untuk perawatan kesehatan sehari-hari (preventif) dan pengobatan keluhan tertentu (kuratif). Minum jamu adalah bagian dari siklus kehidupan, mulai kehamilan, persalinan, hingga perawatan kecantikan (Murdijati-Gardjito dkk.,
Setiap jenis minuman ini dapat dinikmati dalam tiga cara, yaitu dihidangkan panas, dinikmati dalam suhu kamar, maupun dikonsumsi dingin. Wedang jahe, contohnya, biasa dinikmat dalam kondisi panas dan dikenal di berbagai daerah sebagai minuman penghangat dengan cita rasa yang khas dari jahe segar. Di Jawa Barat, bajigur menjadi favorit dengan perpaduan santan dan gula aren yang manis dan gurih, biasanya dinikmati panas-panas saat cuaca dingin. Sementara kunyit asam sering dikonsumsi pada suhu kamar ataupun ditambah es batu sebagai minuman penyegar dan tradisi kesehatan oleh banyak masyarakat di Pulau Jawa.
Minuman tradisional Indonesia kerap disajikan dalam berbagai acara bersama keluarga ataupun teman, sehingga tidak hanya berfungsi sebagai minuman, tetapi juga sebagai sarana mempererat tali sosial dan menjaga tradisi lokal. Dengan nilai budaya yang kuat dan keberagaman rasa yang ditawarkan, minuman tradisional Indonesia memiliki potensi besar untuk terus dilestarikan dan dikembangkan, termasuk dalam bentuk inovasi minuman fungsional yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern. Beberapa contoh jamu dan minuman rempah dan herbal yang telah bertransformasi menjadi produk modern dan siap konsumsi, sehingga lebih praktis dan menarik bagi generasi muda misalnya: minuman kunyit asam ready to drink; temulawak instan, sparkling beras kencur, bajigur dan bandrek instan, bir pletok dalam botol/kaleng.
Komponen bioaktif dan fungsi fisiologis
Menurut Perhimpunan Penggiat Pangan Fungsional dan Nutraseutikal Indonesia (P3FNI), pangan fungsional adalah pangan (segar/olahan) yang mengandung komponen yang bermanfaat untuk meningkatkan fungsi fisiologis tertentu, dan/atau mengurangi risiko sakit yang dibuktikan berdasarkan kajian ilmiah, harus menunjukkan manfaatnya dengan jumlah yang biasa dikonsumsi sebagai bagian dari pola makan sehari-hari. Beberapa komponen bioaktif yang banyak diteliti dalam minuman rempah dan herbal Indonesia antara lain kurkumin dari kunyit (Curcuma longa L.), xanthorrizol dari temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb), gingerol/shogaol dari jahe (Zingiber officinale) dan ethyl cinnamate dari kencur (Kaempferia galana).
Kurkumin dikenal luas sebagai agen antiinflamasi, antidiabetes, antitumor, hepatoprotektif, dan antioksidan, sehingga relevan untuk kondisi kronis terkait peradangan dan stres oksidatif. Kurkumin mempunyai bioavailabilitas yang rendah sehingga banyak dilakukan inovasi pada sistem pembawanya seperti liposom, misel, nanopartikel untuk meningkatkan penyerapan dan efektivitasnya. Namun dalam konteks jamu sebagai minuman fungsional dikenal istilah “soft but powerful” yang berarti menjaga keseimbangan secara perlahan, bertahap dan menyeluruh pada tubuh tanpa menimbulkan efek samping berlebihan.
Temulawak menyumbang senyawa seperti xanthorrizol yang menunjukkan aktivitas anti-inflamasi, antimikrobia, hepatoprotektif, bahkan anti kanker. Ini menjadikan temulawak kandidat menarik untuk minuman fungsional yang menargetkan kesehatan hati, pencernaan, atau inflamasi.
Jahe mengandung gingerol/shogaol yang menunjukkan aktivitas antiinflamasi, anti-oksidan yang kuat dan immunomodulator. Kencur mengandung berbagai komponen bioaktif khususnya ethyl cinnamate dan p-methoxycinnamat yang bermanfaat sebagai anti-inflamasi, anti oksidan, anti-tumor antibakteri dan antiangiogenesis. Jahe, kencur dan rempah lain mempengaruh fungsi fisiologis pencernaan, mengurangi mual, mempercepat pengosongan lambung dan meredakan spasme gastrointestinal serta menyediakan efek anti-inflamasi ringan yang mendukung penggunaan tradisionalnya sebagai minuman fungsional untuk pencernaan dan penguat stamina.
Sejumlah penelitian di Indonesia telah memperkuat dasar manfaat jamu. Penelitian oleh A’yunin et al. (2019) menunjukkan bahwa variasi formulasi jamu kunyit asam dengan sari jeruk nipis/daun sirih meningkatkan aktivitas antioksidan. Kiptiyah et al. (2017) menemukan bahwa pengolahan panas (blanching, pasteurisasi) pada minuman beras kencur mengurangi jumlah mikroba dan meningkatkan kandungan fenolik, flavonoid, serta aktivitas antioksidan.
Kajian Susilawati dkk. (2022) terhadap 30 pustaka ilmiah dari tahun 2011 hingga 2021 mengidentifikasi 37 ramuan rempah dan herbal peningkat daya tahan tubuh di Indonesia. Tanaman yang paling sering digunakan, antara lain: kunyit, jahe, sereh, temulawak, kayu manis, meniran, jeruk nipis, dan pegagan. Ramuan-ramuan ini bisa dibuat dengan cara sederhana yaitu dengan merebus bahan-bahan segar seperti jahe, kunyit, dan sereh dalam air, lalu minum selagi hangat. Tambahan madu atau jeruk nipis bisa meningkat rasa sekaligus khasiatnya.
Transformasi jamu & minuman rempah dan herbal menjadi minuman fungsional
Jamu dan minuman tradisional berbahan rempah dan herbal Indonesia kini tak lagi dipandang hanya sebagai ramuan warisan leluhur. Keduanya telah bertransformasi menjadi bagian dari industri pangan fungsional— produk minuman yang tidak hanya menyegarkan, namun juga memberikan manfaat kesehatan.
Transformasi ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat. Namun, proses perubahan ini tentunya bukan tanpa tantangan. Banyak senyawa bioaktif dalam jamu dan minuman rempah dan herbal yang bersifat mudah rusak dan tidak tahan lama dalam penyimpanan. Selain itu, konsumen modern juga semakin menuntut adanya klaim kesehatan yang terbukti secara ilmiah.
Agar jamu dan minuman rempah dan herbal benar-benar dapat diakui sebagai minuman fungsional, diperlukan beberapa langkah penting yaitu: validasi ilmiah terhadap manfaat kesehatannya, melalui riset dan uji klinis; standardisasi bahan baku dan proses produksi agar produk lebih konsisten dan aman; modernisasi bentuk dan penyajian— misalnya jamu dalam bentuk minuman ready-to-drink; kepatuhan terhadap regulasi dan sertifikasi dari lembaga terkait; serta edukasi konsumen dan rebranding, dengan mempromosikan minuman fungsional sebagai bagian dari gaya hidup sehat modern. Selain itu, diperlukan juga inovasi dan diversifikasi produk, serta responsif terhadap tren pasar global, seperti produk ramah lingkungan. Dengan strategi yang tepat, jamu dan minuman rempah dan herbal Indonesia berpotensi menjadi bintang baru dalam industri minuman fungsional dunia.
Kesimpulan
Minuman tradisional termasuk jamu dan minuman rempah dan herbal adalah warisan budaya yang menyimpan potensi besar sebagai minuman fungsional modern. Dengan dukungan riset ilmiah, teknologi pangan, inovasi produk, serta strategi pemasaran yang tepat, jamu tidak hanya bisa bertahan sebagai warisan, tetapi juga berkembang menjadi bagian dari industri global yang bernilai tinggi.
Transformasi ini bukan berarti meninggalkan tradisi, melainkan menjadikannya relevan dengan zaman. Dari botol jamu gendong hingga kaleng minuman fungsional di rak supermarket dunia, perjalanan jamu dan minuman rempah dan herbal adalah kisah tentang bagaimana warisan leluhur bisa menjadi masa depan kesehatan global.
Referensi:
A’yunin, N.A.Q., Santoso, U., & Harmayani, E. 2019. Kajian kualitas dan aktivitas antioksidan berbagai formula minuman jamu kunyit asam. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas, 23(1), 37–48.
Kiptiyah, S.Y., Harmayani, E., & Santoso, U. 2017. Study of microbiological quality and antioxidant activity beras kencur drink with heating process. Indonesian Food and Nutrition Progress, 14(2), 91–100.
Murdijati-Gardjito, Santoso, U., Harmayani, E. 2024. Ragam Minuman Khas Indonesia. CV. Andi Offset. Yogyakarta
Murdijati-Gardjito, Harmayani, E., Suharjono, K.I. 2021. Jamu. Pusaka Penjaga Kesehatan Bangsa, Asli Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Susilawati, Y., Putriana, N.A., & Zakariya, S.A. 2022. Review: Ramuan Herbal Indonesia sebagai Peningkat Daya Tahan Tubuh. Jurnal Jamu Indonesia, 7(1), 31–49.