Menggaet Potensi Pasar Protein Whey di Indonesia


Protein adalah komponen terbesar dari tubuh manusia setelah air. Jumlahnya 1/6 dari berat tubuh manusia. Kebutuhan protein dapat diperoleh dari 2 sumber bahan pangan, yakni protein hewani dan nabati. Protein tersusun dari sejumlah asam amino. Asam amino yang membentuk protein pada dasarnya digolongkan menjadi 2 golongan yaitu asam amino esensial (diperlukan tubuh tetapi tidak dapat dibentuk tubuh) dan asam amino nonesensial (diperlukan tubuh dan dapat dibentuk tubuh bila tersedia). 

Secara garis besar protein diperlukan oleh tubuh sebagai zat pembangun, zat pengatur dan sebagai bahan bakar. Sumber terbaik protein hewani adalah daging dan ikan laut, sedangkan sumber terbaik protein nabati adalah kacang-kacangan.

Dilihat dari fungsinya yang sangat vital bagi tubuh, asupan protein harus seimbang setiap harinya. Menurut Dr. Douglas Paddon dari University of Texas Medical Branch, asupan protein jumlahnya harus rata di makan pagi, siang, dan malam, yakni 30% di setiap waktu. “Biasanya orang mengonsumsi banyak protein di waktu makan malam. Padahal hal tersebut kurang benar, karena protein maksimal disintesis pada saat kita banyak beraktifitas. 

Protein akan disintesis menjadi energi dan membentuk otot. Lain jika kita banyak mengonsumsi protein di waktu malam, dimana protein akan lebih banyak disintesis menjadi lemak,” jelas Dr. Douglas dalam seminar yang berjudul “U.S. Whey Protein Health and Fitness” yang diadakan oleh U.S. Dairy Export Council (USDEC), di Jakarta, pada pertengahan Juli lalu. Intinya menurut Dr. Douglas, konsumsi protein harus dibarengi dengan adanya pembuangan energi, sehingga berat badan menjadi lebih terkontrol. Sumber protein bisa diperoleh dari berbagai pangan, baik pangan hewani maupun nabati.

Whey, merupakan salah satu sumber protein hewani yang kini banyak dikembangkan oleh industri. Whey terkadang masih dianggap sebagai produk sampingan dari proses pembuatan keju, padahal whey merupakan protein paling murni, tidak mengandung lemak, laktosa, dan memiliki asam amino lengkap yang dibutuhkan tubuh. 

Namun saat ini whey telah mendapatkan tempat di hati para konsumen yang memiliki  health concern  tinggi, karena whey diketahui dapat memberikan berbagai manfaat kesehatan yang optimal. ‘Whey protein sudah termasuk kedalam ingridien fungsional, dengan manfaat yang begitu besar untuk kesehatan, pemanfaatan whey protein kini tak hanya sebatas sebagai protein pembangun otot,” jelas Direktur SEAFAST Center IPB Prof. Purwiyatno Hariyadi yang juga hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut.

Protein whey tidak hanya identik dengan proteinnya para atlit binaraga, hal ini juga disampaikan oleh Kristi Saitama, Vice President Export Ingridients Marketing USDEC pada acara yang sama. Imej itu seharusnya bisa dirubah, Karena whey protein tidak hanya digunakan oleh para atlit binaraga untuk membentuk otot, tetapi whey protein dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk pemenuhan kebutuhan protein baik pria dan wanita. Menurut Kristi, permintaan akan protein whey terus meningkat, apalagi konsumsi protein whey untuk wanita aktif masih sedikit. Suitnya memasarkan protein whey kepada konsumen wanita karena wanita kurang mengerti tentang protein dibanding pria, tidak memikirkan protein dalam menu mereka, wanita tidak berkehendak membentuk otot yang besar, dan wanita cenderung memikirkan rasa produk. Hal tersebut menjadi tantangan bagi para pelaku industri untuk menjual protein whey untuk para wanita. Karena itu, Kristi member saran agar pelaku industri menemukan format yang cocok dengan gaya hidup para wanita terutama wanita aktif, selain itu mengaplikasikan protein whey kedalam produk seperti minuman, snack, energy bar, atau smoothies juga merupakan strategi yang dapat dicoba.  FRI-12

 

Artikel Lainnya

  • Sep 10, 2025

    Teknologi Roti Bergluten vs. Keik Spons Bebas Gluten

    Dalam beberapa tahun terakhir, roti telah bergeser dari sekadar camilan menjadi bagian penting dari pola makan masyarakat Indonesia. Kebiasaan mengonsumsinya sebagai sumber karbohidrat alternatif pengganti nasi semakin lazim ditemui. Seiring popularitasnya, ada kesadaran baru tentang kandungan gluten di dalamnya, yang menjadi tantangan bagi mereka dengan sensitivitas atau intoleransi. Tren ini membuka jalan bagi inovasi, mendorong berkembangnya produk bakeri bebas gluten, seperti keik spons.    ...

  • Sep 10, 2025

    Pameran Bahan Baku Pangan Terbesar di Asia, Fi Asia dan Vitafoods Asia 2025 Siap Digelar

    Tahun ini, Informa Markets akan menyelenggarakan 2 pameran dagang internasional terbesar untuk industri pangan dan industri nutrasetikal, yakni Food Ingredients Asia (Fi Asia 2025) dan Vitafoods Asia 2025. Pameran terkemuka ini akan digelar di Queen Sirikit National Convention Center (QSNCC), Bangkok, Thailand pada 17-19 September 2025. ...

  • Sep 02, 2025

    Menjaga Keamanan & Kualitas Roti

    Sebagai salah satu komoditas pangan esensial, roti memegang posisi krusial dalam industri pangan, dengan permintaan pasar yang terus meningkat untuk berbagai keperluan, dari sarapan hingga camilan. Oleh karena itu, memastikan keamanan dan mutu produk menjadi tanggung jawab utama produsen. Hal ini tidak hanya sebatas kepatuhan terhadap regulasi, tetapi juga sebagai komitmen untuk menjaga kepercayaan konsumen.   ...

  • Ags 28, 2025

    Inovasi Produk Bakeri Berkelanjutan

    Di antara beragamnya produk bakeri yang mengandalkan tepung terigu sebagai bahan dasar, roti menempati posisi sebagai yang tertua dan paling populer secara global. Namun, industri roti saat ini menghadapi dua tantangan utama: tuntutan konsumen terhadap produk yang lebih menyehatkan dan kebutuhan akan praktik produksi yang berkelanjutan. Menjawab tantangan tersebut, inovasi dalam industri ini kini berfokus pada pengembangan roti fungsional yang diperkaya dengan serat, vitamin, dan antioksidan. Salah satu strategi yang paling menjanjikan adalah pemanfaatan produk samping agroindustri, yang tidak hanya mengurangi limbah dan meningkatkan keberlanjutan, tetapi juga membuka peluang besar untuk menciptakan produk roti dengan nilai gizi dan fungsionalitas yang lebih tinggi. ...

  • Ags 26, 2025

    Inovasi Rerotian Fungsional untuk Kesehatan

    Produk bakeri seperti roti, bolu, mafin, dan biskuit merupakan pangan populer karena praktis dan disukai berbagai usia. Namun, produk ini umumnya tinggi karbohidrat, gula, dan lemak dengan serat dan vitamin yang cenderung rendah. Hal ini menjadikan produk bakeri konvensional kurang ideal, bahkan berpotensi bermasalah, bagi individu dengan kondisi kesehatan khusus seperti penderita diabetes, penyakit celiac, Autism Spectrum Disorder (ASD), maupun mereka yang membutuhkan dukungan untuk kesehatan psikis.   ...