Oleh Slamet Budijanto
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB University
Ketahanan pangan adalah aspek krusial bagi suatu negara atau daerah, yang mengacu pada kemampuannya untuk menyediakan pangan yang cukup, aman, dan berkualitas untuk seluruh penduduknya.
Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 menekankan pentingnya pemenuhan kebutuhan dasar secara adil, merata, dan berkelanjutan, berdasarkan prinsip kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan. Undang-undang ini menjadi landasan kuat untuk menggalakkan program diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, yang bukan hanya bertujuan mencapai ketahanan pangan yang kuat, tetapi juga berpotensi meningkatkan kesehatan masyarakat melalui konsumsi pangan yang bervariasi dan bergizi berbasis pangan lokal. Mengingat potensi sumber daya Indonesia berpeluang mencapai ketahanan pangan dengan pendekatan kemandirian pangan dan tentu saja kadaulatan pangan seperti yang diamanatkan undang-undang.
Pergeseran pola konsumsi
Pola konsumsi masyarakat Indonesia mengalami perubahan, terutama dalam lima tahun terakhir (2017-2021). Penurunan konsumsi beras, diiringi dengan meningkatnya konsumsi tepung terigu secara signifikan. Akan tetapi konsumsi karbohidrat selain terigu dan protein cenderung tidak mengalami perubahan secara signifikan. Bahkan ada beberapa komoditas yang konsumsinya turun seperti umbi-umbian, sagu, ikan dan buah-buahan. Pergeseran ini menunjukkan terjadinya diversifikasi pangan, namun masih terfokus pada produk berbasis tepung terigu (Tabel).
Peningkatan konsumsi tepung terigu
Kenaikan konsumsi tepung terigu adalah suatu hal yang wajar karena keterlibatan industri pangan, termasuk sektor tepung terigu dan produk turunannya, sangat masif. Keterlibatan berbagai industri dari skala besar hingga industri kecil-menengah (IKM), mampu menghasilkan aneka produk dalam jumlah yang besar dan disukai oleh masyarakat sehingga konsumsi produk berbasis tepung terigu terus berkembang. Kondisi ini tercapai karena adanya inovasi, promosi, diversifikasi produk, pelatihan IKM, sertifikasi kualitas, dan berbagai upaya lainnya. Skala industri pengolahan yang menggunakan tepung terigu mulai dari industri kaki lima (penjual gorengan) sampai industri pangan terbesar di Indonesia yaitu industri mi instan. Keberhasilan industri pangan berperan penting dalam menciptakan pilihan makanan lebih menyehatkan yang beragam ini tentu saja dapat dijadikan pembelajaran untuk penguatan diversifikasi pangan berbasis pangan lokal.
Penguatan diversifikasi pangan sumber daya lokal
Meskipun diversifikasi pangan telah dilakukan, tantangan signifikan muncul dalam meningkatkan konsumsi sumber protein dan sumber karbohidrat lokal. Penting untuk mendorong inovasi dalam menggali potensi sumber protein dan karbohidrat lokal yang belum sepenuhnya dimanfaatkan. Pengembangan pangan lokal yang berkelanjutan harus ditopang penguatan aktivitas on farm yang menghasilkan bahan baku dengan jumlah, kualitas dan kuantitas yang baik, penerapan teknologi pangan, inovasi untuk menghasilkan produk pangan yang mempunyai keunggulan dan disukai masyarakat. Untuk itu keterlibatan industri pangan adalah suatu keharusan. Keterlibatan industri pangan dapat menjadi penghela untuk dapat mewujudkan diversifikasi pangan berbasis pangan lokal terjadi dan dapat memperkokoh ketahanan pangan.
Dalam rangka meningkatkan keberterimaan produk pangan lokal oleh masyarakat, diperlukan peningkatan edukasi mengenai manfaat kesehatan terkait dengan diversifikasi pangan baik diversifikasi sumber karbohidrat maupun diversifikasi dari sumber karbohidrat ke sumber protein dan ke sumber zat gizi lainnya. Kesadaran akan pentingnya memilih pangan yang beragam, bergizi, sehat dan aman dapat membantu membentuk gaya hidup yang lebih sehat dan tentu saja akan memperkuat program diversifikasi pangan. Oleh karena itu, program edukasi dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran publik dalam memilih pangan beragam, bergizi, sehat dan aman dapat menjadi sarana utama merangsang minat masyarakat mengadopsi pilihan pangan yang lebih sehat dan aman.
Sebelumnya telah disampaikan akan betapa pentingnya peran industri untuk mewujudkan diversifikasi pangan berbasis pangan lokal ini. Tentu saja industri tidak bisa berkembang jika ekosistem ushanya tidak mendukung. Salah satu upaya untuk membentuk iklim yang kondusif tersebut adalah kerja sama lintas-sektor antara akademisi, bisnis, pemerintah, petani dan media. Konsep kerja sama lintas lembaga yang sering gambarkan sebagai diagram penta heliks (Gambar 1). Sekali lagi perlu ditekankan adanya peran sentral dari industri untuk menjadi penghela penguatan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal. Perlu upaya bersama-sama lintas lembaga untuk dapat menciptakan suatu ekosistem usaha yang membuat industri pangan tertarik mengembangkan diversifikasi produk pangan berbasis pangan lokal. Dukungan regulasi insentif dari pemerintah, dukungan kerja sama riset dari akademisi, dukungan pasokan bahan baku dan jumlah, mutu dan keberlanjutan yang memadai dari petani dan tentu saja dukungan media dalam mengedukasi pentingnya diversifikasi untuk kesehatan dan ketahanan pangan nasional.
Langkah penguatan diversifikasi pangan
Upaya penguatan diversifikasi pangan melibatkan serangkaian langkah yang dapat memanfaatkan potensi sumber daya lokal.
a.Identifikasi bahan pangan lokal potensial:
Identifikasi dan pemetaan bahan pangan lokal dari sisi produksi, produktivitas, karakteristik keunggulan bahan pangan lokal perlu dilakukan. Dengan informasi yang komprehensif akan lebih mudah untuk merancang pengembangan produk pangan lokal pada suatu lokasi tertentu.
b.Peningkatan produksi berbasis lokal:
Penerapan good agricultural practices harus diterapkan untuk dapat meningkatkan produksi, kualitas dan keamanan hasil pertanian yang dihasilkan. Dengan jaminan pasokan bahan baku pangan lokal dalam jumlah yang cukup, dengan kontinuitas terjamin, kualitas baik dan memenuhi aspek keamanan pangan akan lebih mudah menarik industri pangan untuk turut serta menggunakan bahan pangan lokal sebagai bahan baku industrinya.
c.Inovasi produk lokal:
Penelitian yang banyak dilakukan oleh perguruan tinggi dan juga industri perlu didorong untuk menghasilkan inovasi dalam menciptakan keberagaman
dan keunggulan produk lokal. Banyak umbi-umbian lokal yang mempunyai karteristik unggul tetapi belum dieksplorasi. Inovasi ini tidak hanya menciptakan
pilihan produk baru tetapi juga memberikan nilai tambah pada tanaman lokal yang pada akhirnya akan dapat mendorong petani terus mengembangkan produksi mereka.
d.Edukasi dan kesadaran masyarakat:
Peningkatan pengetahuan masyarakat akan manfaat konsumsi pangan beragam sangat penting dilakukan. Perlu kampanye yang terus-menerus tentang (i) pangan bergizi, beragam, sehat dan aman serta (ii) pentingnya pangan beragam untuk menunjang kesehatan sekaligus memperkokoh ketahanan pangan.
e.Penelitian dan pengembangan:
Investasi dalam penelitian dan pengembangan produk berbasis lokal perlu ditingkatkan. Penelitian untuk meningkatkan produktivitas, ketahanan terhadap perubahan iklim di sisi on farm. Di sisi off farm, perlu penelitian dan pengembangan bagaimana memanfaatkan bahan baku pangan lokal untuk menciptakan beragam produk yang mempunyai gizi baik, rasa disukai, dan juga manfaat kesehatan yang dapat diproduksi secara komersial. Sebagai contoh ubi banggai dari Sulawesi Tengah ternyata mempunyai kandungan amilosa sangat tinggi yaitu di
atas 50%. Komoditas ini sangat berpotensi dikembangkan sebagai ingridien fungsional.
f.Sertifikasi dan labelisasi produk lokal:
Memberikan sertifikasi dan labelisasi pada produk pangan lokal dapat meningkatkan kepercayaan konsumen. Contoh implementasinya adalah memberikan label “Produk Lokal” pada kemasan produk yang memenuhi standar tertentu, memberikan jaminan kepada konsumen bahwa mereka mendukung produk berkelanjutan dan membantu ekonomi lokal. Sertifikasi ini juga menjadi penting untuk dapat merekatkan kemitraan petani dan industri pangan.
Meningkatkan diversifikasi pangan dengan memanfaatkan sumber daya lokal adalah langkah kritis dalam menciptakan sistem pangan yang berkelanjutan dan inklusif di Indonesia. Peran industri pangan sangat penting dalam mendorong perubahan ini. Dengan fokus pada inovasi produk, edukasi konsumen, dan kemitraan dengan pemangku kepentingan lokal, industri pangan dapat menjadi katalisator utama dalam mencapai diversifikasi pangan yang lebih baik. Dengan kerja sama yang erat dengan petani dan komunitas lokal, industri pangan dapat memainkan peran yang lebih besar dalam menciptakan transformasi positif dalam kebiasaan makan masyarakat Indonesia.
Referensi:
Budijanto, S 2014. Beras Analog Sebagai Vehicle Penganekaragaman Pangan. IPB Press.
BAPANAS. 2022. Statistika Ketahanan Pangan 2021. Pusat Data dan Informasi Pangan
Badan Pangan Nasional