Oleh Vritta Amroini Wahyudi
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas
Muhammadiyah Malang PhD Candidate Biotechnology, Chulalongkorn University
Pangan kini bukan sekadar pemenuh rasa lapar, tetapi juga sarana untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Tren bakeri fungsional hadir menjawab kebutuhan ini, seperti roti rendah indeks glikemik untuk penderita diabetes, biskuit tinggi serat, hingga roti bebas gluten. Namun, bagi masyarakat Muslim Indonesia, kesehatan saja belum cukup, jaminan halal juga mutlak diperlukan
Tantangan muncul karena beberapa bahan tambahan, seperti enzim, pengemulsi, gelatin, dan shortening, berpotensi berasal dari sumber non-halal. Oleh sebab itu, inovasi formulasi halal menjadi kunci agar produk bakeri fungsional dapat berkembang, menjadikan Indonesia pelopor produk bakeri menyehatkan dan halal di pasar global.
Tren produk bakeri fungsional
Produk bakeri fungsional merupakan produk roti dan kue yang diformulasikan khusus untuk memberikan manfaat kesehatan, bukan hanya sebagai sumber energi atau cita rasa. Produk ini semakin populer seiring gaya hidup sehat yang berkembang, mudah dikonsumsi berbagai kalangan, fleksibel dalam formulasi, dan efektif menambah nilai gizi. Berikut beberapa tren utama produk bakeri fungsional di Indonesia dan dunia:
- Bakeri Rendah Indeks Glikemik
Indeks glikemik adalah ukuran seberapa cepat makanan menaikkan kadar gula darah setelah dikonsumsi. Produk bakeri rendah IG menggunakan bahan seperti oat, gandum utuh, dan tepung berprotein tinggi yang dapat memperlambat penyerapan glukosa. Contohnya adalah roti gandum utuh atau mafin oat yang membantu penderita diabetes menjaga gula darah tetap stabil tanpa mengorbankan rasa. - Bakeri Tinggi Serat dan Gandum Utuh
Serat pangan penting untuk kesehatan pencernaan, menurunkan kolesterol, dan mengontrol berat badan. Bakeri tinggi serat biasanya mengandung dedak gandum, biji-bijian utuh, atau serat larut dari tumbuhan. Contohnya adalah roti multigrain dan granola bars yang memberikan rasa kenyang lebih lama dan cocok untuk masyarakat urban dengan aktivitas padat. - Gluten-Free Bakery (Bakeri Bebas Gluten)
Untuk orang yang memiliki intoleransi gluten atau penyakit celiac, bakeri bebas gluten menjadi pilihan utama. Produk ini dibuat dari tepung alternatif seperti beras, jagung, singkong, atau kacang-kacangan. Contohnya termasuk brownies dari tepung almond atau roti bebas gluten yang tetap lembut dan enak berkat teknologi pangan modern. - Bakeri Kaya Protein dan Zat Gizi Mikro
Produk bakeri ini difortifikasi dengan protein nabati, kalsium, zat besi, dan vitamin untuk memenuhi kebutuhan gizi kelompok rentan seperti anakanak dan lansia. Misalnya, biskuit kaya protein untuk anak atau roti dengan tambahan zat besi dan vitamin D untuk lansia, yang membantu mencegah malagizi sekaligus meningkatkan status gizi. - Inovasi Rasa dan Bentuk untuk Konsumen Muda
Generasi muda menyukai produk bakeri dengan rasa unik, tampilan terutama melalui platform daring. Contohnya adalah croissant dengan rasa matcha atau kopi, atau donat berbentuk lucu yang bisa dipesan lewat aplikasi daring. Produsen kini menggabungkan manfaat kesehatan dengan kreativitas desain agar produk tetap diminati.
Tren-tren ini menunjukkan bahwa produk bakeri fungsional kini bukan hanya alternatif, tapi sudah menjadi kebutuhan nyata. Tantangan terbesar adalah memastikan produk-produk tersebut benar-benar halal dan diterima oleh semua kalangan, khususnya konsumen Muslim di Indonesia dan sekitarnya.
Tantangan kehalalan dalam bakeri fungsional
Produk bakeri fungsional menghadirkan manfaat kesehatan, namun menjamin kehalalannya menghadapi sejumlah tantangan ilmiah
- Enzim pada Proses Pembuatan
Enzim seperti amilase, lipase, dan protease berfungsi menguraikan pati, lemak, dan protein untuk meningkatkan tekstur dan daya simpan. Namun, enzim ini dapat berasal dari sumber hewani (misal pankreas babi) yang tidak halal secara syariah, atau mikroorganisme rekayasa genetika. Penentuan kehalalan bergantung pada asal dan - Pengemulsi dan Bahan Pengikat
Pengemulsi seperti mono- dan digliserida membantu stabilisasi adonan dengan menggabungkan molekul air dan minyak. Pengemulsi ini sering diproduksi dari trigliserida hewani, yang jika berasal dari babi atau hewan tidak halal, maka mengandung lipid non-halal. Analisis lipid dan ketertelusuran bahan baku diperlukan untuk memastikan kehalalan. - Gelatin dan Shortening
Gelatin adalah protein kolagen hasil hidrolisis dari kulit atau tulang hewan. Jika bersumber dari babi, gelatin tidak halal. Shortening mengandung lemak padat yang kadang dicampur lemak hewani non-halal. Identifikasi asam lemak rantai dan asal bahan diperlukan untuk verifikasi. - Risiko Kontaminasi Silang
Proses produksi menggunaka menimbulkan kontaminasi silang fisik atau kimia dari bahan non-halal. Kontaminasi ini bisa berupa residu mikroskopis yang tetap berpotensi membatalkan kehalalan, sehingga pemisahan lini produksi dan sanitasi ketat sangat diperlukan.
Pemahaman ilmiah dan manajemen risiko kehalalan sangat penting agar bakeri fungsional dapat diterima secara luas oleh konsumen Muslim. Tantangan ini dapat diatasi melalui proses sertifikasi halal yang ketat dan pengawasan bahan serta produksi secara menyeluruh.
Inovasi dan harapan konsumen Muslim
Untuk menjawab tantangan kehalalan sekaligus memenuhi fungsi kesehatan, produsen perlu menerapkan solusi yang menggabungkan aspek kesehatan dan kehalalan secara menyeluruh, seperti:
- Penggunaan Bahan Halal Berkualitas dan Bergizi
Memilih protein nabati seperti kedelai, kacang hijau, dan quinoa sebagai sumber gizi utama memastikan produk menyehatkan sekaligus halal. Fortifikasi vitamin dan mineral dari bahan halal juga memperkuat nilai fungsional tanpa mengorbankan kehalalan. - Formulasi Menyehatkan dengan Alternatif Bahan Halal
Mengurangi garam, gula, dan lemak berlebih dengan pemanis alami halal seperti stevia atau kurma menjaga rasa sekaligus kesehatan konsumen Muslim. - Proses Produksi dan Pengawasan Ketat Bersertifikat Halal
Pengawasan bahan baku, proses produksi, dan pencegahan kontaminasi silang secara ketat dengan sertifikasi halal menjamin integritas produk dan memberikan - Transparansi dan Edukasi Konsumen melalui Label Halal dan Clean Label
Mengombinasikan sertifikasi halal dengan konsep clean label, bahan alami dan minim aditif, menambah nilai kepercayaan dan daya tarik produk. Clean label adalah konsep produk pangan yang menggunakan bahan-bahan alami dan sederhana tanpa tambahan bahan kimia sintetis atau aditif berlebihan. Produk dengan clean label transparan dalam memberikan informasi kandungan, sehingga konsumen dapat dengan mudah memahami dan merasa aman mengonsumsinya. Konsep ini cocok dipadukan dengan sertifikasi halal untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang mengutamakan kesehatan dan kehalalan.
Dengan menerapkan solusi ini, bakeri fungsional tidak hanya menjadi produk yang menyehatkan tetapi juga memberikan kepastian kehalalan, memenuhi kebutuhan dan nilai spiritual konsumen Muslim. Hal ini sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pelopor produk bakeri yang menyehatkan dan halal di pasar global.
Referensi:
Masoodi, L., Nissar, J., Ahad, T., Gull, A. (2024). Bakery, Confectionery and Beverages as Functional Foods. In: Bashir, K., Jan, K., Ahmad, F.J. (eds) Functional Foods and Nutraceuticals: Chemistry, Health Benefits and the Way Forward. Springer, Cham. https://doi-org.chula. idm.oclc.org/10.1007/978-3-031-59365-9_12
Regenstein, J.M. (2025). Kosher and Halal: How They Affect Muslim and Jewish Dietary Practices. In: Meiselman, H.L. (eds) Handbook of Eating and Drinking. Springer, Cham. https://doi-org.chula.idm. oclc.org/10.1007/978-3-319-75388-1_158-2