Industri pangan dapat memanfaatkan pati sagu sebagai ingridien fungsional (thickener, stabilizer, gelling agent), bahan baku (pangan tradisional, mi, aneka kue kering) atau bahan penolong (dusting agent). Karakteristik pati sagu tentu sangat menentukan kualitas produk akhir. Butiran atau granula pati sagu berbentuk lonjong utuh dan sebagian tampak terpotong, dengan ukuran rata- rata sekitar 40 μm dengan rentang antar 10-60 μm. Dimensi tersebut berada di antara ukuran pati singkong (5-25 μm) dan pati kentang (15-85 μm). Sebelum proses ekstraksi, batang sagu umumnya terendam air sehingga memungkinkan terjadinya proses enzimatis maupun mikrobiologis yang memengaruhi warna pati. Pati sagu berwarna khas, umumnya tidak seputih warna tapioka. Dengan standar MgO yang memiliki warna putih bernilai 100, warna pati sagu sekitar 86 dan warna tapioka 96. Pati tersusun atas fraksi yakni amilosa dan amilopektin. Kadar amilosa pati sagu bervariasi antara 20-40 %. Jenis dan bagian batang sagu memengaruhi kadar amilosa pati. Pati yang berasal dari batang bawah lebih tinggi dibanding pati yang berasal dari batang bagian atas.
Lebih lengkapnya silakan baca secara langsung FoodReview Indonesia edisi Maret 2022: Pangan, Gizi dan Kesehatan: Pelajaran dari Pandemi COVID-19 dengan fitur digital interaktif yang dapat diakses pada https://bit.ly/fri22marchonline
Tidak mau ketinggalan setiap edisinya?
Daftar langsung untuk berlangganan (GRATIS) https://bit.ly/FRIDIGITAL
Gabung dan lengkapi koleksi majalah FoodReview:
Newsletter: http://bit.ly/fricommunity
Search FOODREVIEW on TOKOPEDIA & SHOPEE
#foodreviewindonesia #foodscience #foodtechnology #ilmupangan #teknologipangan #industripangan #membangun #pangan #indonesiagan #teknologipangan #industripangan #pangan #gizi #kesehatan #pelajaran #dari #pandemi #covid19