Industri pengolahan daging adalah salah satu industri olahan yang mampu tumbuh di saat dunia dilanda pandemi lalu, dan bahkan di pasca pandemi pun masih menunjukkan pertumbuhannya. Tumbuhnya industri daging olahan ini terbukti dengan tumbuhnya ekosistem di industri ini yaitu makin banyaknya supplier mesin dan peralatan, bahan baku dan penolong, dan bahkan mulai ada pabrik yang dibangun hanya untuk kerja sama produksi, sedangkan persewaan gudang pendingin dan jasa transportasinya sudah lebih dahulu masuk dan munculnya kantor cabang distribusinya di beberapa kota besar di Jawa.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Industri Pengolahan Daging Indonesia (NAMPA) Ishana Mahisa. "Pilihan investasi mesin makin banyak variasinya mulai dari mesin buatan Eropa atau Amerika, sekarang dari Cina dan Jepang bahkan dalam 1 tahun terakhir mulai masuk dari Brazil. Dengan keadaan ini maka makin banyak pilihan bagi pelaku usaha untuk menset up pabrik atau merevitalisasi mesin," katanya dalam Musyawarah Nasional NAMPA Tahun 2024 yang diselenggarakan di Jakarta (17/1).
Ishana memaparkan, jumlah pemasok daging dan ayampun meningkat bukan hanya berasal dari importir maupun Rumah Pemotongan Hewan (RPH), namun juga para trader sehingga pilihan menjadi lebih banyak, hargapun menjadi lebih kompetitif. Dari sisi tenaga kerja, terjadi pergeseran akibat recruitment antar perusahaan sehingga terjadi pemerataan pengetahuan khususnya pengembangan produk dan penggarapan pasar. Dalam catatan kami terdapat kurang lebih 14 perusahaan olahan daging baru skala menengah muncul dalam 5 (lima) tahun terakhir dan sebagian besar berlokasi di luar Jabodetabek.
"Saya meyakini bahwa indikator perekonomian nasional memungkinkan kita dapat tumbuh lebih besar lagi, sejalan dengan makin sadarnya masyarakat akan pentingnya asupan protein hewani dalam menjaga stamina dan kesehatan tubuh," tandas Ishana yang pada Munas NAMPA tersebut kembali terpilih sebagai Ketua Umum NAMPA periode 2024-2027. FRI-08