Oleh Purwiyatno Hariyadi
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian & SEAFAST Center IPB University
Pameran tahunan industri ingridien pangan, Fi Europe 2024, telah berlangsung di Frankfurt Messe pada 19-21 November 2024. Acara ini telah menjadi pusat perhatian bagi para pelaku industri pangan (makanan dan minuman), khususnya untuk mengetahui tren dan inovasi terbaru di bidang ingridien pangan.
Karena alasan itu, pameran ini berhasil menarik 23.221 pengunjung dari 130 negara (Gambar 1). Selain pameran, Fi Europe 2024 juga menyajikan beragam forum lainnya seperti konferensi, Tasting Bar, Innovation Hub, Startup Challenge, dan forum pengembangan jejaring, misalnya Women’s Networking Breakfast, dan lain sebagainya. Tercatat lebih dari 1500 pemasok ingridien pangan dan teknologi terkait memamerkan produk dan ide inovatifnya.
Fi Europe telah menjadi pameran yang sangat penting bagi industri pangan di seluruh dunia. Selama lebih dari 35 tahun, pameran ini telah menjadi tempat berkumpulnya para pemasok, pembeli, peneliti, dan ahli dalam pengembangan dan produksi ingridien pangan terkemuka. Setiap tahunnya, Fi Europe menampilkan berbagai macam ingridien baru yang inovatif termasuk juga produk dan layanan terkait lainnya.
Pada tahun 2024 ini, penulis berkesempatan menghadiri pameran bergengsi ini. Salah satu hal yang penting adalah, untuk pertama kalinya, Indonesia berperan aktif dengan membuka paviliun khusus untuk memamerkan ingridien pangan khas dan unggul dari Indonesia. Paviliun Indonesia (Gambar 2) ini diikuti oleh 7 perusahaan ingridien pangan, yaitu PT Surya Indoalgas, PT Hydrocolloid Indonesia, PT Hakiki Donarta, PT Agar Swallow, PT Indo Aneka Atsiri, PT Mignon Sista International, dan PT Algalindo Perdana. Di samping 7 perusahaan tersebut, terdapat beberapa perusahaan lain dari Indonesia yang mengikuti pameran dengan membuka booth-nya sendiri (Gambar 3). Semoga ke depannya, peran serta Indonesia akan semakin berkembang, mengingat potensi ingridien pangan Nusantara yang beraneka ragam, yang sangat relevan dengan perkembangan industri pangan global saat ini.
TREN 2025
Menurut pengamatan penulis, Fi Europe 2024 ini telah mengungkap beberapa tren menarik dalam industri pangan yang berkembang untuk tahun 2025 ini, terutama terkait dengan munculnya aneka ingridien pangan sesuai arus tren utama mengenai kesehatan, dan keberlanjutan. Beberapa tren utama yang dapat diamati pada Fi Europe 2024 yang lalu (Tabel 1) dapat diuraikan sebagai berikut ini.
Tabel 1. Tren utama dalam industri pangan yang berkembang untuk tahun 2025
1. Konsumen Lebih Fokus ke Gizi dan Kesehatan
Pemahaman dan kesadaran konsumen mengenai hubungan erat antara asupan pangan, gizi, dan kesehatan terus meningkat. Hal ini mendorong konsumen semakin peduli terhadap persyaratan keamanan pangan, kandungan, dan komposisi gizi produk pangan. Konsumen semakin menuntut bahwa produk pangan harus memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh.
Tren ini mendorong industri pangan terus berinovasi dengan berbagai ingridien pangan, dan hal ini terlihat jelas dipaparkan pada Pameran Fi Europe 2024, dengan munculnya berbagai pilihan ingridien untuk (i) meningkatkan kandungan protein, serat pangan, aneka vitamin dan mineral, dan (ii) mengurangi gula, garam, dan lemak pada produk pangan.
Pameran juga banyak memberikan ide inovatif untuk mengkapitalisasi tren ini, antara lain dengan strategi segmentasi produk pangan berdasarkan pada kebutuhan gizi yang spesifik pada konsumen. Strategi ini juga dilengkapi dengan strategi edukasi kepada konsumen mengenai kebutuhan gizi, peranan gizi, dan nilai gizi dari berbagai produk pangan.
2. Protein Alternatif Semakin Atraktif
Terkait dengan protein, berbagai ingridien protein alternatif banyak ditawarkan, di mana protein nabati terus meningkat popularitasnya. Inovasi terus dilakukan untuk meningkatkan mutu protein nabati, supaya tidak hanya menyehatkan, tetapi juga memberikan kelezatan dan tetap memuaskan selera. Aspek mutu ini menjadi penting karena konsumen tetap menginginkan pengalaman kuliner yang sama memuaskannya seperti saat mengonsumsi protein hewani. Beberapa ingridien inovatif berbasis protein seperti kedelai, lentil, dan kacang-kacangan lainnya, bahkan mikoprotein (protein berbasis jamur) dengan karakter rasa yang lebih umami dan gurih banyak dipamerkan pada Fi Europe 2024 ini. Selain itu, pilihan protein dari sumber nonkonvensional lainnya (dari alga, rumput laut, dan bahkan serangga) juga semakin banyak dipamerkan, dengan inovasi penambahan ingridien fungsional untuk memperbaiki tekstur, meningkatkan stabilitas, dan memperpanjang umur simpannya.
Hal menarik yang terlihat pada Fi Europe 2024 ini juga adalah cukup banyaknya pameran yang melibatkan peran koki (chef) profesional, khususnya dalam pengembangan produk berbasis nabati. Dengan pengetahuan kuliner yang mendalam, koki profesional dapat menciptakan resep-resep inovatif, menguji dan menyempurnakan produk sehingga disukai, serta sekaligus mempromosikan produk nabati kepada konsumen. Fokus lain dari ingridien nabati ini juga mengusung tema inovasi yang berkelanjutan, di mana ingridien nabati diharapkan tidak hanya menjadi pilihan utama bagi konsumen yang sadar akan kesehatan, tetapi juga lingkungan.
3. Kembali ke Alam
Masih terkait dengan kesadaran mengenai pentingnya kesehatan, konsumen berkecenderungan untuk “Kembali ke Alam”. Tren ini mendorong industri ingridien untuk berinovasi memunculkan bahanbahan alami seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan rempahrempah. Ingridien alternatif ini diharapkan dapat memberikan rasa, warna, dan tekstur pada produk dengan lebih “alami”. Upaya pengurangan gula, misalnya, dapat disiasati dengan menggunakan ingridien berbasis buah-buahan manis. Sedangkan upaya untuk mengurangi garam dapat diatasi dengan penggunaan ingridien berbasis rempah-rempah yang sesuai.
Sebagai respons terhadap tren ini, pameran Fi Europe 2024 yang lalu banyak menawarkan aneka buah-buahan kering dalam aneka bentuk (bubuk, parutan, irisan tipis, potongan dadu) dengan menggunakan aneka teknologi pengeringan. Teknologi pengeringan yang dilakukan juga beragam, dari yang sederhana (pengeringan dengan sinar matahari), pengeringan dengan aliran udara kering, sampai pada teknologi canggih seperti pengeringan semprot dan pengeringan beku, yang masingmasing mempunyai keunggulan dan kelemahan tersendiri (Gambar 4). Namun demikian, teknologi pengeringan tradisional, sederhana, kembali mendapatkan respons positif dari berbagai kalangan konsumen karena alasan dampak lingkungan.
Hal penting yang perlu diketahui dan direspons serius oleh industri pangan adalah bahwa tren ini juga didasari oleh adanya keraguan konsumen terhadap pangan olahan, yang diolah dengan tekonologi proses yang kompleks dan menggunakan bahan tambahan pangan yang kompleks juga. Keraguan ini sebetulnya diidentifikasi oleh Innova Market Insight, yang melaporkan adanya tren penurunan kepercayaan konsumen terhadap industri (Gambar 5). Konsumen saat ini mencari produk (dan jenama/brand) yang memiliki komitmen kuat terhadap kejujuran dan transparansi, serta menawarkan produk berkualitas yang sesuai dengan nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Karena itulah maka, pengembangan dan penggunaan aneka ingridien alternatif ini perlu dilakukan dengan semangat kejujuran dan transparansi, di mana industri menyediakan informasi yang jelas benar dan tidak misleading tentang bahan-bahan yang digunakan dengan segala karakternya.
4. Keberlanjutan dan Lingkungan
Kepedulian konsumen terhadap pentingnya isu keberlanjutan dan lingkungan semakin meningkat, mendorong industri pangan dan ingridiennya untuk melakukan perubahan mendasar. Tidak hanya fokus pada kesehatan individu konsumen, industri juga dituntut untuk fokus pada kesehatan lingkungan dan planet. Dalam hal ini, konsumen mencari produk pangan dan ingridien yang dihasilkan melalui proses produksi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Tren keberlanjutan dan lingkungan ini terlihat jelas sebagai tren utama yang akan mewarnai industri pangan ke depannya (Gambar 6A, B dan C).
Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan adalah pemilihan sumber bahan baku, yang harus pula mempersyaratkan kriteria berkelanjutan. Karena alasan itu, industri ingridien pangan semakin banyak bekerja sama dengan petani yang menerapkan praktik pertanian organik, mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk buatan, serta menjaga kesehatan tanah. Sebagai contoh, pengembangan protein nabati menjadi lebih atraktif karena memiliki keunggulan dalam proses produksi yang lebih ramah lingkungan dibandingkan produksi protein (khususnya daging) konvensional, yang tidak hanya menghasilkan emisi gas rumah kaca, tetapi juga membutuhkan lahan yang luas. Hal yang sama terjadi pada ingridien pangan berbasis buah dan sayuran kering. Ingridien yang diproduksi menggunakan teknologi surya oleh koperasi desa dipandang oleh konsumen memiliki nilai tambah yang lebih tinggi karena proses produksinya yang ramah lingkungan.
Karena alasan itu, sertifikasi pihak ketiga seperti sertifikasi organik, lokal, dan fair-trade menjadi semakin krusial untuk memastikan bahwa keseluruhan proses produksi (mulai dari bahan baku pangan) berasal dari sumber dan dilakukan secara bertanggung jawab secara berkelanjutan, baik secara lingkungan maupun sosial. Secara khusus, manajemen jejak karbon produk dalam industri ingridien pangan juga menjadi perhatian utama. Dalam hal ini, industri ingridien pangan berupaya mengurangi emisi gas rumah kaca dengan mengoptimalkan rantai pasok dan memilih metode produksi yang lebih efisien.
Secara jelas terlihat pada pameran Fi Europe 2024 ini bahwa keberlanjutan telah menjadi salah satu pilar utama dalam industri ingridien pangan ke depan. Konsumen yang semakin sadar akan lingkungan mendorong industri pangan untuk terus berinovasi dan mencari solusi yang lebih berkelanjutan. Dengan demikian, industri pangan diharapkan dapat berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan, memenuhi kebutuhan generasi mendatang, dan menciptakan sistem pangan yang lebih adil dan berkelanjutan.
Masih dalam konteks keberlanjutan, Fi Europe 2024 juga memamerkan inovasi memanfaatkan dan melakukan valorisasi limbah pangan untuk menghasilkan bahan pangan baru yang bernilai tambah. Pengembangan serat pangan dari kulit dan ampas buah (kulit buah jeruk, apel) – misalnya. Atau, ampas wortel, bit, atau brokoli diubah menjadi pewarna alami atau bahan kaya komponen gizi dan non-gizi yang digunakan dalam pangan fungsional. Pengembangan protein dari limbah kedelai (dan kacang-kacangan lainnya) menjadi isolat protein berkualitas tinggi untuk digunakan dalam pangan berprotein tinggi, seperti minuman olahraga atau pangan ringan yang menyehatkan.
Penutup: pentingnya faktor "mak-nyus"
Fi Europe 2024 menegaskan pentingnya inovasi berkelanjutan dalam industri pangan. Tren seperti kesehatan, keberlanjutan, dan pengalaman konsumen menjadi pusat perhatian. Namun demikian, faktor “mak-nyus” (indulgence factor) produk pangan tetap menjadi primadona, karena faktor inilah yang akan memberikan pengalaman sensoris pangan yang unik dan khas. Selain memuaskan dalam hal rasa, aneka ingridien untuk kualitas tekstur dan aroma juga menjadi fokus utama untuk memberikan pengalaman makan yang menyenangkan. Contoh jelas dari pentingnya faktor “mak-nyus” yang terekam dari Fi Europe 2024 ini adalah bahwa konsumen semakin menuntut produk nabati untuk juga tetap memiliki rasa dan tekstur yang mirip dengan produk hewani.
Untuk itu, partisipasi aktif Indonesia perlu ditingkatkan pada pameran dunia – tidak hanya di Fi Europe – untuk secara proaktif menunjukkan potensi besar ingridien Nusantara dalam mendukung transformasi industri pangan global. Dengan terus mengikuti tren ini, Indonesia dapat memperkuat posisinya di pasar internasional, sekaligus berkontribusi pada pembangunan sistem pangan yang lebih berkelanjutan.