Top 5 of The Most Important Pathogens




Patogen bawaan pangan (foodborne pathogen) adalah penyebab utama kejadian luar biasa (outbreaks) atau KLB penyakit bawaan pangan (foodborne illness) di dunia. Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa setiap tahunnya terjadi 76 juta kasus penyakit bawaan pangan yang menyebabkan 325,000 orang dirawat di rumah sakit dan 5,000 orang meninggal dunia. Sementara itu di Australia terjadi 11,500 kasus penyakit bawaan pangan setiap harinya atau 5.4 juta kasus per tahunnya yang merenggut nyawa120 orang. Dengan data terbatas, dilaporkan bahwa KLB karena pangan di Indonesia lebih banyak disebabkan karena mikroorganisme (BPOM 2010). Meskipun tidak selalu membawa kematian, penyakit bawaan pangan dapat berakibat pada kehilangan produktivitas, menurunnya kualitas hidup manusia  dan kehilangan perdagangan.


Dalam beberapa tahun terakhir diaporkan bahwa beberapa jenis patogen bawaan pangan berhasil hilang di beberapa negara tetapi belum di negara lainnya. Sementara itu, muncul juga beberapa patogen “baru” yang sebelumnya belum terbukti secara epidemiologi dapat menyebabkan kejadian luar biasa melalui pangan.


Meskipun terdapat keragaman jenis patogen yang paling sering menyebabkan kasus maupun KLB penyakit bawaan pangan, tetapi patogen tertentu terus-menerus muncul dalam jumlah kasus yang besar di berbagai negara seperti Salmonella. Beberapa patogen tidak menghasilkan banyak kasus tetapi karena keparahan penyakit yang diakibatkannya, tingkat perawatan di rumah sakitnya tinggi, misalnya Escherichia coli enterohemoragik dan Listeria monocytogenes. Di samping bakteri, perkembangan metode deteksi Reverse-Trancriptase Polymerase Chain Reaction menyebabkan meningkatnya temuan virus penyebab kasus penyakit bawaan pangan. Di negera Amerika Serikat, misalnya, Norovirus dilaporkan menyebabkan hampir separuh (49%) dari kasus penyakit bawaan pangan (CDC, 2010). Akhir-akhir ini di negara maju juga dilaporkan penyakit bawaan pangan akibat protozoa (hewan bersel satu). Cyclospora cayetanensis adalah salah satu protozoa yang sering dihubungkan dengan kejadian penyakit bawaan pangan. Tulisan ini akan membahas lima patogen yang penting dalam menyebabkan kejadian penyakit bawaan pangan yakni Salmonella, E. coli enterohemoragik, L. monocytogenes, Norovirus dan C. cayetanensis.


Salmonella spp
Salmonella merupakan patogen bawaan pangan yang sangat penting karena telah dihubungkan dengan berbagai kejadian keracunan pangan yang melibatkan berbagai jenis pangan di berbagai negara. Di Indonesia, Salmonella telah diisolasi dari karkas ayam, udang, tauge, selada, dan lain-lain serta ditemukan pada penderita diare dengan tingkat isolasi 17%.  Oleh Prof. Dr. Ratih Dewanti-Hariyadi.
Selengkapnya artikel ini dapat dibaca di majalah FOODREVIEW INDONESIA edisi  April 2014, yang dapat diunduh di www.foodreview.co.id

Artikel Lainnya

  • Apr 11, 2025

    Pameran Food+Beverage Indonesia dan Indonesia Seafood & Meat (IISM) 2025 Siap Digelar

    Sektor makanan dan minuman di Indonesia kini memasuki era baru, di mana inovasi, keberlanjutan, dan kolaborasi bisnis mulai memainkan peran utama dalam membentuk masa depan industri ini. Dalam perkembangan pesat ini, Food+Beverage Indonesia 2025 hadir untuk mendorong pertumbuhan bisnis,  ...

  • Mar 30, 2025

    Reformulasi Minuman: Inovasi berbasis Ingridien Fungsional Indonesia

    Diskusi mengenai reformulasi minuman berpemanis sering mengacu pada laporan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO) tahun 2022 yang mengulas dampak kesehatan dari Pemanis NonGula (Non-Sugar Sweeteners/NSS) (Rios-Leyvraz and Montez, 2022).  ...

  • Mar 28, 2025

    Reformulasi Minuman: Ragam Strategi Pengurangan Kadar Gula

    Pemerintah menerbitkan PP 28 (2024) tentang Peraturan Pelaksanaan UndangUndang Nomor 17 tahun 2023 tentang Kesehatan pada 26 Juli 2024. Kebijakan itu untuk menjawab sejumlah tantangan kesehatan, salah satunya kandungan gula, garam, dan lemak (GGL). ...

  • Mar 26, 2025

    Performa Sensoris Beragam Pemanis Non-sukrosa

    Reformulasi minuman menjadi salah satu intervensi penting dalam upaya pengurangan konsumsi gula pasir (sukrosa) dan gula-gula dengan nilai glikemik tinggi seperti glukosa, fruktosa, dan lakotosa. Langkah formulasi ini diharapkan berkontribusi dalam mengurangi risiko obesitas dan penyakit diabetes. Pemanis non-sukrosa seperti pemanis rendah atau tanpa kalori, memainkan peran sentral dalam reformulasi ini, memungkinkan terciptanya produk minuman dengan rasa manis yang tetap nikmat namun dengan kandungan gula dan kalori yang jauh lebih rendah. ...

  • Mar 21, 2025

    RTD ALOE VERA FUNGSIONAL RENDAH GULA

    Permintaan terhadap produk pangan fungsional mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gaya hidup sehat. Dalam sepuluh tahun terakhir, terjadi peningkatan signifikan dalam kasus penyakit yang disebabkan oleh pola konsumsi yang kurang sehat, seperti Diabetes Melitus (DM) yang semakin umum ditemukan, bahkan pada populasi usia muda. ...