Lembaga kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan. Di atas usia 6 bulan, bayi membutuhkan tambahan asupan gizi dari makanan lainnya -biasanya disebut sebagai MPASI (Makanan Pendamping ASI). Kebutuhan asupan lemak bayi yang tertinggi adalah pada saat usia 6 bulan pertama, yakni sekitar 50% dari kebutuhan energi harian, yang ke semuanya berasal dari ASI. Setelah usia 2 tahun direkomendasikan untuk mengurangi asupan lemak secara berkala, yakni menjadi sekitar 30% dari total kebutuhan energi. Dalam perkembangannya, kebutuhan terhadap energi bergantung pada aktivitas fisik anak. Dan lemak sebagai salah satu sumber energi lebih dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan sel dan jaringan.
Terdapat beberapa jenis lemak, sehingga kita tidak bisa menganggap semua jenis lemak adalah jahat atau baik. Semuanya tergantung dengan jenis, jumlah, dan tingkat kebutuhannya. Salah satu jenis lemak yang saat ini banyak dibicarakan adalah PUFA, terutama karena banyak digunakan untuk fortifikasi produk pangan.
PUFA merupakan asam lemak rantai panjang yang mengandung dua atau lebih ikatan rangkap. Pada FOODREVIEW INDONESIA edisi Maret 2006, telah banyak dikemukakan mengenai aspek kimiawi dan peranan dari PUFA. Tidak semua jenis PUFA dapat diproduksi tubuh manusia, yang kemudian dikenal dengan istilah PUFA esensial. Untuk memenuhi akan kebutuhan tersebut, tubuh membutuhkan asupan PUFA esensial dari luar tubuh.
Dua jenis PUFA esensial antara lain adalah α-linolenic acid (ALA) dan Linoleic acid (LA). ALA (18:3:ω3) di dalam tubuh akan dikonversi menjadi Eicosapentaenoic acid (EPA, 20:5:ω3) dan Docosahexaenoic acid (DHA, 22:6:ω3). Ke semuanya adalah omega 3. Sementara itu, LA (18:2:ω6) akan dikonversi menjadi Arachidonic acid (AA, 20:4:ω6).
PUFA penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
PUFA menyusun 15-30% berat kering otak. Komponen utama dalam fosfolipid sel membrane adalah AA dan DHA. Sedangkan ALA dan EPA berada dalam konsentrasi rendah dalam jaringan syaraf.
Baik ω-3 maupun ω-6 memiliki peranan dalam perkembangan fungsi otak, yakni dengan dengan memperngaruhi ekspresi gen, struktur sel membran, dan sifat electrophysiological. Secara khusus, DHA dapat mempengaruhi fluiditas membran dan beberapa fungsi otak lainnya.
Konsumsi PUFA sudah dianjurkan semenjak masa kehamilan. Namun yang terpenting adalah konsumsi omega 3 dan omega 6 sebaiknya dalam jumlah seimbang. Konsumsi PUFA esensial campuran juga akan lebih baik.
Beberapa studi menyebutkan bahwa konsumsi PUFA pada ibu hamil dan menyusui dapat mendukung perkembangan janin. PUFA pada ibu hamil dikonsumsi tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sang Ibu, tetapi juga bayi yang dikandungnya.
Asupan PUFA yang cukup pada ibu hamil dan menyusui memberikan korelasi positif pada perkembangan kognitif, saraf, dan visual bayi. Namun demikian, disarankan untuk tidak memberikan suplemen EPA pada ibu hamil atau bayi. Karena dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan DHA dan EPA pada awal pertumbuhan.
oleh : Hendry Noer F., STP.
(FOODREVIEW INDONESIA Edisi Februari 2011)