Tepatkah Mengganti Saturated Fats dengan Polyunsaturated Fats?


Beberapa lembaga di Amerika Serikat –seperti American Heart Association, American Diabetes Association, dan National Institute of Clinical Excellence, telah sejak lama merekomendasikan untuk mengurangi konsumsi lemak jenuh (saturated fats) dan menggantinya dengan meningkatkan asupan asam lemak tidak jenuh rantai jamak (polyunsaturated fatty acid, PUFA) serta karbohidrat. Hal ini dikarenakan konsumsi lemak jenuh banyak dikaitkan dengan peningkatan konsentrasi kolesterol di dalam darah, yang pada ujungnya dapat meningkatkan risiko munculnya penyakit kardiovaskuler. Rekomendasi tersebut kemudian diterapkan di Amerika Serikat dan diikuti oleh banyak negara di dunia.

 

Namun dalam perkembangannya, sejumlah peneliti mulai mempertanyakan rekomendasi tersebut.

 

Seperti yang dikutip dalam foodnavigator. com, tim dari peneliti internasional menulis dalam Mayo Clinic Proceedings yang menyebutkan, bahwa beberapa bukti ilmiah justru menunjukkan hasil yang berlawanan. Penelitian yang digunakan sebagai dasar ilmiah untuk mengurangi lemak jenuh tidak akurat, karena didasarkan pada data hasil wawancara. Menurut mereka, cara terbaik adalah dengan menganalisa secara langsung kandungan lemak jenuh (12:0- 15:0) dalam lemak sel, karena menggambarkan asupan selama beberapa minggu/bulan terakhir.

 

Dalam 3 case control studies yang melibatkan pasien penderita jantung dan individu sehat sebagai kontrol, tidak ditemukan perbedaan terkait dengan kandungan asam lemak jenuhnya. Bahkan 2 penelitian menunjukkan kandungan yang lebih rendah secara signifikan.

 

Oleh sebab itu tim peneliti tersebut menyimpulkan bahwa, tidak cukup bukti yang menjelaskan bahwa asupan lemak jenuh yang rendah dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler. Sebaliknya asupan PUFA tanpa spesifikasi yang jelas dapat meningkatkan konsumsi omega 6, yang  terkait dengan beberapa

masalah kesehatan. Fri-09

 

Artikel ini dimuat di majalah FOODREVIEW INDONESIA edisi April 2014.  Artikel lain dapat dibaca di www.foodreview.co.id

 

Artikel Lainnya

  • Apr 11, 2025

    Pameran Food+Beverage Indonesia dan Indonesia Seafood & Meat (IISM) 2025 Siap Digelar

    Sektor makanan dan minuman di Indonesia kini memasuki era baru, di mana inovasi, keberlanjutan, dan kolaborasi bisnis mulai memainkan peran utama dalam membentuk masa depan industri ini. Dalam perkembangan pesat ini, Food+Beverage Indonesia 2025 hadir untuk mendorong pertumbuhan bisnis,  ...

  • Mar 30, 2025

    Reformulasi Minuman: Inovasi berbasis Ingridien Fungsional Indonesia

    Diskusi mengenai reformulasi minuman berpemanis sering mengacu pada laporan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO) tahun 2022 yang mengulas dampak kesehatan dari Pemanis NonGula (Non-Sugar Sweeteners/NSS) (Rios-Leyvraz and Montez, 2022).  ...

  • Mar 28, 2025

    Reformulasi Minuman: Ragam Strategi Pengurangan Kadar Gula

    Pemerintah menerbitkan PP 28 (2024) tentang Peraturan Pelaksanaan UndangUndang Nomor 17 tahun 2023 tentang Kesehatan pada 26 Juli 2024. Kebijakan itu untuk menjawab sejumlah tantangan kesehatan, salah satunya kandungan gula, garam, dan lemak (GGL). ...

  • Mar 26, 2025

    Performa Sensoris Beragam Pemanis Non-sukrosa

    Reformulasi minuman menjadi salah satu intervensi penting dalam upaya pengurangan konsumsi gula pasir (sukrosa) dan gula-gula dengan nilai glikemik tinggi seperti glukosa, fruktosa, dan lakotosa. Langkah formulasi ini diharapkan berkontribusi dalam mengurangi risiko obesitas dan penyakit diabetes. Pemanis non-sukrosa seperti pemanis rendah atau tanpa kalori, memainkan peran sentral dalam reformulasi ini, memungkinkan terciptanya produk minuman dengan rasa manis yang tetap nikmat namun dengan kandungan gula dan kalori yang jauh lebih rendah. ...

  • Mar 21, 2025

    RTD ALOE VERA FUNGSIONAL RENDAH GULA

    Permintaan terhadap produk pangan fungsional mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gaya hidup sehat. Dalam sepuluh tahun terakhir, terjadi peningkatan signifikan dalam kasus penyakit yang disebabkan oleh pola konsumsi yang kurang sehat, seperti Diabetes Melitus (DM) yang semakin umum ditemukan, bahkan pada populasi usia muda. ...