Pangan yang berdaulat merupakan salah satu program yang sedang digalakkan oleh pemerintah Republik Indonesia yang ingin mewujudkan cita-cita bangsa yang mandiri. Beragam penelitian dari lembaga penelitian, universitas, maupun pihak terkait terus dilakukan. Namun sayangnya menurut Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi hasil penelitian tersebut maksimal hanya 3% yang dapat dimanfaatkan industri nasional. Padahal penelitian merupakan titik awal dari inovasi-inovasi yang ada.
Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti, Dr. Muhammad Dimyati dalam seminar nasional hasil penelitian dan pengabdian masyarakat yang bertema "Inovasi untuk Kedaulatan Pangan" Kamis, 1 Desember 2016 di Bogor menyampaikan bahwa inovasi merupakan salah satu kunci penting bagi kedaulatan pangan. Tanpa inovasi, swasembada pangan akan menjadi sulit. Indonesia sendiri saat ini menerapkan swasembada pangan pada padi, jagung, kedelai, gula, dan daging yang kian meningkat dari tahun 2012.
Dosen Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, Prof. Purwiyatno Hariyadi juga mengungkapkan mengenai pentingnya penerapan Undang-undang No. 18 tahun 2012 mengenai ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan pangan. Beberapa Indikator penting yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan pangan, keterjangkauan/akses pangan, konsumsi/kecukupan asupan, dan stabilitas yang perlu ditingkatkan untuk mendukung program ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan pangan. Salah satu inovasi yang penting dilakukan adalah inovasi pangan lokal. Ia juga mengungkapkan bahwa daya saing produk pangan perlu ditingkatkan, terutama dengan program pembinaan UMKM. Fri-30