Antioksidan yang umum digunakan di industri pangan saat ini adalah antioksidan sintetik seperti Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluena (BHT), propil galat, Tetra BUtil Hidroksi Quinon (TBHQ). Antioksidan tersebut umum digunakan untuk mengawetkan lemak/minyak dalam produk pangan, margarin, mayones, salad dressing, produk daging, makanan ringan dan berbagai produk bakeri dan confectionary. Antioksidan tersebut efektif penggunaannya dibatasi maksimum 200 ppm terhadap lemak yang terkandung dalam produk pangan.
Di samping antioksidan sintetik, ada berbagai macam senyawa antioksidan yang secara alami terdapat dalam bahan pangan seperti vitamin C, tokoferol (vitamin E), karotenoid, flavonoid, kurkumin, dan asam-asam fenolat. Adapun bahan-bahan pangan hasil pertanian yang merupakan sumber antioksidan alam meliputi rempah, buah-buahan, sayuran, ekstrak teh, kakao, rimpang, alga, biji-bijian, legum, dan lain-lain; termasuk produk-produk hasil reaksi Maillard yang timbul selama pengolahan. Berbeda dari kelompok antioksidan sintetik yang harus disediakan dengan impor, kelompok antioksidan alami dapat dikatakan antioksidan lokal karena sumbernya berupa hasil pertanian tersedia melimpah di tanah air. Berikut beberapa sumber antioksidan lokal atau alam.
Selengkapnya baca di FOODREVIEW INDONESIA edisi September 2017