Banyak penelitian menggolongkan pati resisten sebagai serat pangan. Tidak terhidrolisis menjadi glukosa-glukosa dalam usus halus dalam waktu 120 menit setelah dikonsumsi, akan tetapi dapat terfermentasi di dalam usus besar. Pati resisten tidak dapat atau sulit dicerna disebabkan karena beberapa hal, di antaranya adalah: (1) Pati dengan struktur molekul kompak yang menyebabkan enzim sulit untuk mencapai rantai molekulnya dan memecahnya menjadi glukosa, contohnya adalah pati alami dari biji-bijian juga umbi- umbian, (2) Rangkaian pati membentuk granula yang terangkai dalam jaringan bahan sehingga sulit untuk memecahkannya tanpa dilakukan pemanasan terlebih dahulu, seperti yang banyak terkandung pada kentang mentah, pisang yang masih hijau dan pati jagung tinggi amilosa.
Lebih lengkapnya silakan baca secara langsung FoodReview Indonesia edisi September 2021: "Better & More Sustainable Food Ingredients" dengan fitur digital interaktif yang dapat diakses pada https://bit.ly/friseptember21online
Tidak mau ketinggalan setiap edisinya?
Daftar langsung untuk berlangganan (GRATIS) https://bit.ly/FRIDIGITAL
Gabung dan lengkapi koleksi majalah FoodReview:
Newsletter: http://bit.ly/fricommunity
Search FOODREVIEW on TOKOPEDIA & SHOPEE
#foodreviewindonesia #foodscience #foodtechnology #ilmupangan #teknologipangan #industripangan #better #sustainable #food #ingredients