Tranformasi digital menjadi salah satu bidang yang terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Pengetahuan mengenai transformasi digital juga mendukung juga diharapkan dapat berkontribusi pada efektivitas dan efisiensi di suatu industri, tak terkecuali industri pangan. Melihat hal tersebut, Schneider Elctric melakukan kolaborasi dengan Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) untuk melakukan kemitraan strategis. Beberapa di antaranya adalah pengembangan pendidikan, kurikulum pelatihan, program pelatihan, sertifikasi kompetensi dan konsultasi industri 4.0 readiness assessment untuk para anggota GAPMMI yang akan berlangsung selama tiga tahun ke depan hingga 2025. Materi pembelajaran yang akan disampaikan mengenai transformasi digital antara lain agile manufacturing, efficient facilities, dan resilient supply chain. Kerja sama ini terbentuk karena komitmen pelaku industri pangan nasional dalam upaya percepatan transformasi digital untuk menghadapi masa depan dan meningkatkan daya saing di pasar global. Target selama tiga tahun ini adalah melatih tenaga profesional di bidang engineering OT, operations, dan tenaga IT.
Ketua GAPMMI, Adhi S. Lukman mengatakan bahwa upaya percepatan transformasi digital penting untuk segera diterapkan karena manfaatnya yang sangat luas di berbagai bidang terutama di industri pangan. “Penduduk dunia yang terus bertambah harus dapat dipastikan pemenuhannya terhadap konsumsi pangan. Sementara itu, saat ini krisis pasokan bahan baku juga menjadi tantangan akibat perubahan iklim yang terjadi. Tidak hanya itu, konsumen juga menajdi semakin kritis terhadap produk yang dikonsumsi baik dari segi kualitas, niilai tambah yang ditawarkan, dan dampak lingkungannya. Oleh karenanya, industri pangan perlu memiliki teknologi yang dapat mengakomodasi seluruh tantangan tersebut mulai dari sistem rantai pasok hingga tenaga ahli yang terampil,” ujar Adhi dalam Siaran Pers Schneider Electric, 16 Februari 2023 lalu.
Tidak jauh berbeda, Direktur Jenderal Industri Agro, Kementerian Perindustrian RI, Puti Juli Ardika juga mengungkapkan bahwa mendorong daya industri pangan menjadi hal yang penting untuk dilakukan sebagai salah satu jawaban terkait tantangan yang terus berganti. “Ketersediaan bahan baku industri perlu segera diselesaikan karena berkaitan erat dengan roda produksi. Hal ini juga sudah tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perindustrian yang memastikan industri bisa memperoleh bahan baku melalui neraca komoditas,” tuturnya. Business Vice President Industrial Automation Schneider Electric Indonesia juga menjelaskan bahwa transformasi digital di industri pangan tergolong cukup kompleks transformasi tersebut harus dapat mencakup tiga fokus area yaitu agile manufacturing, efficient facilities dan resilient supply Chain. Integrasi ketiga area tersebut dimungkinkan dengan pemanfaatan Industrial Internet of Things dan teknologi otomasi yang terbuka, kolaboratif dan berbasis perangkat lunak.
“Untuk dapat memaksimalkan potensi digitalisasi, dibutuhkan kemampuan sumber daya manusia dalam mengoperasikannya. Tidak hanya kemampuan pengoperasian secara teknis, namun juga kognitif antara lain kreativitas, pemecahan masalah yang kompleks, pemikiran kritis, analitis dan inovatif, serta kepemimpinan. Aspek-aspek ini akan menjadi fokus dalam pengembangan pendidikan dan kurikulum pembelajaran yang akan dirumuskan bersama dengan GAPMMI” ucap Martin. Penandatanganan kerja sama GAPMMI dan Schneider Electric telah dilaksanakan pada akhir tahun 2022 lalu. Selain pengembangan kurikulum dan pelatihan, para anggota GAPMMI juga dapat melihat secara langsung praktik digitalisasi di smart factory Schneider Electric di Batam dan Cikarang, pertukaran tenaga ahli, dan konsultasi. Fri-35