Air, elektrolit merupakan komponen penting yang sangat dibutuhkan oleh manusia baik yang mempunyai aktivitas biasa maupun yang beraktifitas fisik atau olahraga. Air merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air. Namun bergantung kepada kandungan lemak dan otot yang terdapat di dalam tubuh, nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat badan orang dewasa. Oleh karena itu maka tubuh yang terlatih dan terbiasa berolahraga seperti tubuh seorang olahragawan biasanya akan mengandung lebih banyak air jika dibandingkan tubuh non olahragawan.
Konsumsi cairan yang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah mengkonsumsi 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara rata rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 l cairan per harinya. Sekitar 1.5 l cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat, 400 ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100 ml keluar bersama dengan feces (tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini, konsumsi antara 8-10 gelas (1 gelas + 240 ml) biasanya dijadikan sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan per- harinya.
Di dalam tubuh manusia, cairan akan terdistridusi ke dalam 2 kompartemen utama yaitu cairan intraselular (ICF) dan cairan ekstrasellular (ECF). Cairan intraselular adalah cairan yang terdapat di dalam sel sedangkan cairan ekstraselular adalah cairan yang terdapat di luar sel. Kedua kompartemen ini dipisahkan oleh sel membran yang memiliki permeabilitas tertentu. Hampir 67% dari total badan air (Body’s Water) tubuh manusia terdapat di dalam cairan intrasellular dan 33% sisanya akan berada pada cairan ekstrasellular. Air yang berada di dalam cairan ekstrasellular ini kemudian akan terdistribusi kembali kedalam 2 Sub-Kompartemen yaitu pada cairan interstisial (ISF) dan cairan intravaskular (plasma darah). 75% dari air pada kompartemen cairan ekstraselular ini akan terdapat pada sela-sela sel (cairan interstisial) dan 25%-nya akan berada pada plasma darah (cairan intravaskular). Pendistribusian air di dalam 2 kompartemen utama (cairan intraselular dan cairan ekstraselular) ini sangat bergantung pada jumlah elektrolit dan makromolekul yang terdapat dalam kedua kompartemen tersebut. Karena sel membran yang memisahkan kedua kompartemen ini memiliki permeabilitas yang berbeda untuk tiap zat, maka konsentrasi larutan (osmolality) pada kedua kompartemen juga akan berbeda.
Di dalam tubuh manusia, kesetimbangan antara air dan elektrolit diatur secara ketat agar sel-sel dan organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Pada tubuh manusia, elektrolit-elektrolit ini akan memiliki fungsi antara lain dalam menjaga tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam kompartemen badan air (body’s fluid compartement), menjaga pH tubuh dan juga akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut berperan dalam setiap proses metabolisme.
Keseimbangan air di dalam tubuh kita adalah berimbangnya antara volume air yang masuk ke dalam tubuh dengan volume air yang keluar dari tubuh. Keseimbangan ini sangat dibutuhkan agar regulasi osmotik maupun regulasi volume yang keduanya mengatur keseimbangan air dan elektrolit di tingkat intrasel maupun ekstrasel tetap berada dalam keadaan steady state. Hasil akhir yang diinginkan dari pengaturan ini adalah osmolalitas cairan tubuh yang normal atau direfleksikan oleh osmolalitas plasma yang normal.
Air yang masuk dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu air yang wajib masuk (Obligatory) dan air yang masuk secara elektif (bukan merupakan kebutuhan). Air masuk yang wajib adalah air minum dari mulut, air yang berada dalam makanan dan air yang dihasilkan oleh oksidasi zat makanan (hidrat arang, protein dan lemak). Air yang wajib masuk dipengaruhi oleh besarnya air yang keluar dari tubuh. Air yang keluar dari tubuh juga dibagi atas air yang wajib keluar seperti dalam bentuk urin, air keluar melalui kulit, air keluar melalui saluran nafas, dan air keluar bersama dengan feses serta air yang keluar elektif. Sebagai contoh misalnya air yang wajib keluar adalah sebesar 1600 ml (urin 500 ml, air dari kulit 500 ml, air dari saluran nafas 400 ml dan air bersama feses 200 ml), maka air yang wajib masuk juga harus sebesar 1600 ml. Bila air hasil oksidasi zat makanan 350 ml, dan air bersama dengan makanan 850 ml, maka air yang masuk melalui minuman adalah sebesar 400 ml. Misalnya air yang masuk elektif sebesar 1000 ml, maka air yang keluar elektif juga akan sebesar 1000 ml. Dengan demikian tercapailah keseimbangan antara air yang masuk dengan yang keluar dan osmolalitas plasma tetap dalam keadaan stabil normal (Set Point).Osmolalitas dan Osmolaritas merupakan perbandingan/rasio antara jumlah solut dan air. Jika jumlah solut meningkat sedang volume air tetap maka akan terjadi peningkatan osmolalitas/osmolaritas, demikian sebaliknya. Osmolalitas adalah jumlah solut dalam 1 kg air sedangkan Osmolaritas adalah jumlah solut dalam 1 liter larutan.Solut yang efektif maupun yang inefektif, keduanya mempengaruhi osmolalitas dalam cairan tubuh. Sedangkan tonisitas atau disebut juga osmolalitas efektif adalah konsentrasi solut yang efektif. Makin tinggi tonisitas, makin tinggi tekanan osmotik. Air akan bergerak dari kompartemen dengan tonisitas rendah ke kompartemen dengan tonisitas yang lebih tinggi.
Pada olahraga endurance (daya tahan) dan dalam kondisi cuaca yang panas, pengeluaran keringat dapat disertai dengan elektrolit. Dalam kondisi ini, osmolalitas cairan tubuh meningkat, maka sebaiknya diberikan minuman/cairan dengan osmolalitas yang lebih rendah. Minuman dengan osmolalitas yang rendah dapat berupa air putih biasa (air minum) atau minuman elektrolit dengan osmolalitas <250 mOsml/L. Olahraga endurance (daya tahan) merupakan olah raga dengan durasi lama (>1 jam), bersifat aerobik, sub maksimal, kadar asam laktat tidak maksimal dan kelelahan tidak hebat. Misalnya olahraga dengan kecepatan yaitu maraton, balap sepeda jarak jauh, triatlon, biatlon, duatlon, atau olahraga permainan seperti tenis, bulutangkis dan bola voli.
Gangguan keseimbangan air dan elektrolit yang sering ditemukan dapat berupa hipovolemia, edema, hiponatremia, hipernatremia, hipokalemia dan hiperkalemia. Gangguan keseimbangan elektrolit akan menyertai gangguan keseimbangan air atau akibat gangguan pada organ yang mengatur antara lain ginjal, adrenal, sistem endokrin.
Pentingnya Regulasi
Peranan air dan elektrolit yang besar baik bagi orang normal maupun bagi olahragawan, memberikan peluang dan inovasi bagi industri untuk menyediakan produk-produk pangan penyedia air dan elektrolit. Perkembangan ini tidak hanya terjadi di dalam negeri tetapi juga terjadi di pasar internasional. Untuk memberikan kejelasan baik bagi produsen maupun bagi konsumen tentunya diperlukan regulasi seputar produk-produk mengandung air dan elektrolit ini.
Australia telah membuat regulasi yang jelas tentang kedudukan dan posisi produk seperti ini. Kalau kita cermati regulasi dari beberapa negara, minuman elektrolit didefinisikan sebagai minuman yang diformulasi sesuai dengan cairan tubuh dan dapat menggantikan dengan cepat apabila terjadi kekurangan cairan, karbohidrat, elektrolit dan mineral dalam tubuh. Dalam Food Standard Australia New Zealand (FSANZ), beberapa persyaratan yang ditetapkan untuk minuman elektrolit antara lain kandungan maksimum natrium, gula dan mineral seperti kalsium, kalium dan magnesium. Di samping persyaratan kandungan, FSANZ juga mengatur tentang pelabelan. Informasi pada label yang harus dimuat antara lain nilai energi, total karbohidrat, jumlah mineral dan elektrolit serta anjuran dan frekuensi konsumsi. Khusus untuk minuman elektrolit isotonik, dapat dicantumkan pernyataan bahwa produk merupakan sumber energi dan mencegah atau menanggulangi dehidrasi ringan akibat “sustained strenuous exercise”.
Berbeda halnya dengan Amerika Serikat dan Eropa, belum ada regulasi yang spesifik mengatur tentang minuman elektrolit dan olahraga. Namun di Eropa, terdapat suatu pedoman yang diterbitkan oleh European Commission Health and Consumer Protection Directorate General, pada Juli 2000. Pedoman tersebut berupa : Report of the Scientific Committee on Food on composition
59
FOODREVIEW INDONESIA | VOL. VII/NO. 2/FEBRUARI 2012
and specification of food intended to meet the expenditure of intense muscular effort, especially for sportsmen. Dalam dokumen ini dimuat salah satu produk kategori “carbohydrate electrolyte solution”. Persyaratan minimal untuk sport drink yang diatur adalah terkait jumlah dan jenis karbohidrat, osmolalitas, jumlah dan jenis elektrolit serta penambahan komponen lain seperti kafein.
Memperhatikan beberapa hal tersebut, perkuatan regulasi terkait minuman elektrolit dan minuman olahraga sangat diperlukan. Hal ini guna memberikan kejelasan tentang posisi minuman tersebut sehingga memberikan acuan yang jelas baik bagi industri dalam inovasi produk maupun bagi konsumen dalam memilih dan menggunakan produk sesuai dengan kebutuhan dan peruntukkannya.
Untuk perkuatan regulasi tersebut perlu kajian mendalam guna melengkapi peraturan yang ada baik menyangkut karakteristik dasar, persyaratan karbohidrat dan elektrolit, persyaratan osmolalitas, klaim maupun peruntukannya. Saat ini, Badan POM sedang memperkuat kajian tersebut bersama tim pakar dari organisasi profesi, perguruan tinggi dan industri. Diharapkan dengan memanfaatkan hasil kajian tersebut dapat diperoleh kebijakan yang tepat yang pada akhirnya dapat menjamin perlindungan konsumen dan mendorong perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab.
Oleh Yusra Egayanti,
Direktorat Standardisasi Produk Pangan Badan POM RI
(FOODREVIEW INDONESIA Edisi Febuari 2012)