Pemanfaatan prebiotik di bidang pangan telah banyak diteliti dan dikembangkan sebagai bahan tambahan pangan dan dalam kultur starter. Penambahan serat larut dalam inulin memengaruhi kualitas adonan dan roti. Inulin juga digunakan sebagai prebiotik untuk meningkatkan kualitas susu skim yang difermentasi oleh kultur murni Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus rhamnosus, Lactobacillus bulgaricus dan Bifidobacterium lactis, Streptococcus thermophilus, atau koktail yang mengandung semuanya.
Suplementasi inulin ke dalam kultur murni telah terbukti menurunkan waktu generasi dari S. thermophilus dan L. acidophilus. Beberapa oligosakarida food grade telah dievaluasi untuk digunakan sebagai prebiotik dalam formula bayi, termasuk GOS, PDX, LOS, inulin, dan FOS.
Penambahan inulin dan FOS pada pembuatan keju secara nyata mempengaruhi profil asam lemak bebas khususnya asam linoleat terkonjugasi. Penambahan prebiotik pada pembuatan keju probiotik meningkatkan kadar asam linoleat terkonjugasi dan meningkatkan kualitas keju menjadi lebih baik dengan indeks atherogenesitas yang lebih rendah. Formula dengan tambahan prebiotik terbukti meningkatkan jumlah koloni bifidobakteri dan lactobacilli pada tinja dari neonatus prematur tanpa mempengaruhi kenaikan berat badan secara nyata.
Prebiotik FOS banyak digunakan dalam produk pangan dan formula bayi karena efek pencaharnya dan mampu meningkatkan massa feses serta dalam pencegahan konstipasi. Berbagai industri pangan telah banyak memanfaatkan prebiotik dalam upaya meningkatkan nilai fungsional produk, di antaranya industri susu baik anak maupun dewasa, keju, minuman sari buah, serta bubur balita.
Selengkapnya baca di FOODREVIEW INDONESIA edisi September 2017