Sistem pangan memiliki peran penting dalam mencegah kerawanan pangan yang terjadi. COVID-19 memberikan contoh nyata terkait dengan ketahanan pangan yang dapat mengancam timbulnya kerawanan pangan. Banyak upaya yang telah dilakukan oleh berbagai negara untuk mengatasi dan mencegah kerawanan pangan. Di Indonesia, penguatan pada sistem pangan berkelanjutan menjadi salah satu langkah untuk mencegah kerawanan pangan. Dalam hal ini telah diatur oleh Kementerian Pertanian melalui lima cara bertindak (CB) yang terdiri dari (1) peningkatan kapasitas, (2) upaya diversifikasi pangan, (3) menghidupkan kembali lumbung-lumbung pangan di desa, (4) meningkatkan modernisasi pertanian, dan (5) peningkatan ekspor.
Sejalan dengan hal tersebut, teknologi pengolahan dan penanganan pascapanen juga perlu ditingkatkan karena kaitannya dengan kehilangan dan kemubaziran pangan. "FAO melaporkan bahwa 14% kehilangan pangan diakibatkan oleh panen dan penanganan pascapanen yang kurang tepat serta 17% kemubaziran pangan diakibatkan oleh kelalaian di tingkat konsumen," kata Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo dalam The 3rd International Conference on Agricultural Postharvest Handling and Processing (ICAPHP) yang diselenggarakan oleh Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian secara hibrida di Bogor, 12-13 Oktober 2021.
Konferensi International ICAPHP 3 merupakan salah satu wadah untuk sosialisasi dan jejaring kolaboratif untuk menyambut hari pangan dunia. Dalam kesempatan ini, juga turut dilakukan peluncuran 10 produk unggulan dari Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian yakni: Nano waxing produk buah segar, pupuk nano biosilika, node biosilika, biopellet, yoghurt kambing, nasi instan, mie nusantara, tepung telur, tepung pre- gel, gelatin halal. Fri-35