Tantangan 7 Komoditas Utama Indonesia


Bustanul berpendapat, bahwa pada 2011 ketersediaan pangan pokok mendapat cobaan yang cukup berat. Hal ini terutama diakibatkan oleh faktor cuaca yang kurang  bersahabat, yang menyebabkan panen tidak sesuai dengan harapan. “Sebenarnya, hal ini sudah dapat diperkirakan sebelumnya,” ujar Bustanul yang juga Peneliti pada InterCafe IPB. Indikasinya sudah terlihat pada bulan Maret dan Juli 2011, dan puncaknya terjadi pada bulan November. Dimana pada saat itu terjadi penurunan suplai, yang menyebabkan kenaikan harga. Berikut adalah hasil pengamatan Bustanul terhadap tujuh komoditas yang telah disebutkan

Beras

 

Walaupun beras belum terlalu menjadi bahan baku utama industri -kecuali bihun, namun kedudukannya sebagai bahan pangan pokok memberikan pengaruh secara langsung kepada konsumen. Seyogyanya, Pemerintah menargetkan peningkatan produksi beras sebesar 3,3% setiap tahunnya. “Tetapi, menurut data BPS, pada 2011 ini produk beras malah turun sebesar 1,63%,” ungkap Bustanul. Penurunan ini memberikan sinyal negatif bagi Pemerintah, terutama dalam usaha pencapaian swasembada beras. Selain diperlukan peningkatan kinerja untuk mengoptimalkan produksi beras, program diversifikasi pangan juga harus semakin digencarkan -guna terwujudnya kemandirian pangan. Indonesia saat ini, masih menjadi salah satu negara dengan tingkat konsumsi beras terbesar di dunia. Tentunya, hal ini menjadi beban tersendiri yang harus segera dicari solusinya.
 
Jagung
 
Produksi jagung dalam negeri turun 6%. Pelaku usaha juga mengonfirmasi, bahwa untuk memenuhi kebutuhan jagung maka telah dilakukan impor. Selain pangan, konsumsi jagung yang besar -terutama jagung pipilan, juga untuk kebutuhan pakan ternak. Jumlah impor jagung selama 2011 ini, diperkirakan mencapai 2,3 juta ton. Di tingkat global, suplai jagung sebenarnya juga berkurang. Hal ini dibuktikan dengan adanya kenaikan harganya di pasar internasional.
 
Kedelai
 
Kedelai merupakan bahan utama dalam pembuatan kecap, tempe, dan tahu. Saat ini, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sebagian besar kedelai masih diimpor. Kondisi ini kembali diperparah dengan adanya penurunan produksi nasional sebesar 4%. “Tetapi, kita memiliki kabar gembira untuk kedelai hitam,” kata Bustanul. Menurutnya, kerja sama yang sukses antara petani kedelai hitam, swasta, dan perguruan tinggi di Yogyakarta telah memberikan harapan baru. Apalagi petani mendapat kepastian pembelian dengan harga sesuai, sehingga mutu produksinya dapat terus terjaga.
 
Gula
 
Komoditas ini belum banyak beranjak dari permasalahannya. Produksi dalam negeri baru mencapai 2,25 juta ton dari target 2,7 - 2,8 juta ton pertahunnya. “Diperlukan usaha sangat keras untuk mencapai target swasembada gula 2014.” Modernisasi pabrik gula masih belum berjalan dengan baik, sehingga impor gula masih mencapai 2 juta ton setiap tahunnya. Apalagi, kondisi ini diperumit dengan bocornya gula rafinasi ke pasaran. Rencana pelepasan varietas transgenik tebu yang memiliki produktivitas tinggi dan tahan penyakit dapat menjadi secercah harapan. Hanya saja, hasilnya mungkin tidak bisa langsung terlihat pada 2012 karena masih harus diuji oleh Komisi Keamanan Hayati dan Pangan.
 
Kakao
 
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kakao utama di dunia. Saat ini, sebagian besar kakao di Indonesia ditujukan untuk ekspor. Sebaliknya, Indonesia juga cukup aktif melakukan impor cokelat dan kakao untuk kebutuhan industri dalam negeri. Industri kakao berharap pada pajak ekspor yang rendah akibat diberlakukannya free trade area. Namun, hal ini juga dapat membebani petani, karena kakao impor juga dapat dengan mudah masuk ke Indonesia.
 
Minyak Sawit
 
Agak berbeda dengan komoditas lainnya, minyak sawit di Indonesia juga tergolong surplus. “Tantangan bagi industri berbasis minyak sawit adalah memastikan pasokan CPO untuk bahan baku mereka. Hal ini dikarenakan banyak perkebunan sawit yang justru lebih memilih untuk melakukan ekspor.” Bustanul berpendapat, bahwa untuk industri besar mungkin tidak akan bermasalah dalam mendapatkan pasokan CPO. Sebaliknya, untuk industri menengah membutuhkan usaha lebih untuk menjamin keamanan mendapatkan bahan baku CPO.
 
Kopi
 
Komoditas kopi juga memiliki gairah yang tinggi. Harga kopi dunia meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Menurut Bustanul, walaupun kopi Arabica mendapatkan harga yang lebih tinggi dibandingkan Robusta, namun keduanya tetap akan mendapat tempat di hati pecinta kopi. Saat ini, produksi kopi di berbagai daerah Indonesia tumbuh menggembirakan. “Tantangannya adalah bagaimana memproduksi kopi lebih inovatif, seperti dengan adanya mix coffee.”
 
2012Bagaimana?
 
Bustanul memperingatkan, bahwa ancaman defisit suplai pada 2012 bisa lebih parah. Oleh sebab itu, Pemerintah perlu melakukan usaha lebih keras untuk menghadapinya. Di antaranya dengan perbaikan kebijakan dan pemberian insentif. Komoditas seperti beras, jagung, kedelai, dan gula harus mendapatkan perhatian lebih.
Sementara itu untuk kakao, minyak sawit, dan kopi - Bustanul memprediksi akan semakin berkembang. Contohnya untuk sawit, ekspansi akan terus dilakukan. Walaupun ada moratorium penghentian perluasan, namun terbatas pada ekspansi di lahan gambut.
Dukungan dari pembiayaan dari perbankan juga sangat dibutuhkan. Apalagi, saat ini pembiayaan untuk agribisnis masih tergolong rendah.

 

Oleh : Hendry Noer F.

 
 
 

(FOODREVIEW INDONESIA Edisi Januari 2012)

Artikel Lainnya

  • Des 03, 2024

    Autentifikasi Pangan: Jaminan Keamanan, Mutu & Keaslian Selama masa simpan

    ...

  • Nov 28, 2024

    Time Horizon dalam S&OP

    Panjang waktu (time horizon) yang dilibatkan dalam proyeksi permintaan dan pasokan dalam siklus Sales and Operations Planning (S&OP) dapat bervariasi tergantung pada sifat industri, karakteristik produk, dan kebijakan perusahaan. ...

  • Nov 27, 2024

    PENDUGAAN Masa Simpan Produk Pangan

    Kerusakan pangan merupakan kondisi di mana suatu produk pangan mengalami perubahan yang signifikan sehingga tidak lagi aman atau layak untuk dikonsumsi. Hal ini dapat berupa perubahan penampilan, tekstur, aroma, rasa maupun nilai gizi. ...

  • Nov 26, 2024

    Label Pangan: Jendela Informasi bagi Konsumen

    Label pada kemasan pangan olahan yang kita temui di warung, toko, pasar, atau platform online, memiliki peran penting. Label ini, yang bisa berupa stiker, cetakan langsung pada kemasan, atau bagian dari kemasan itu sendiri, berfungsi memberikan informasi yang benar dan jelas kepada konsumen. Informasi tersebut meliputi nama produk, komposisi bahan, tanggal produksi, tanggal kedaluwarsa, serta keterangan lainnya yang dibutuhkan. Konsumen berhak mengetahui sejelasjelasnya kondisi produk pangan yang dikemas sehingga memberikan rasa aman saat membeli dan/atau mengonsumsi pangan olahan. ...

  • Nov 25, 2024

    Standardisasi Kemasan Pintar (Smart Packaging )

    Kemasan pangan telah berevolusi menjadi elemen penting dalam strategi pemasaran produk pangan. Desain kemasan yang menarik dan informasi yang jelas pada label secara signifikan memengaruhi keputusan konsumen dalam memilih dan membeli produk pangan.   ...