Concentration of DHA in the brain is particularly important; study on animal indicated that DHA deficiency followed by a decrease in learning ability. Babies borned by mothers who received cod liver oil supplement (containing 2 g of EPA and DHA) during pregnancy and lactation periods, had higher IQ score at 4 years old on mental processing test. Alzheimer’s disease is believed to be the most important factor causing dementia in elderly peoples. Symptoms of this disease include lost of memory and confusion. DHA, which is a prominent omega-3 fatty acid in the brain, has a protective capabilty against dementia and Alzheimer’s disease.
Tergolong sebagai asam lemak omega-3 adalah asam alfa-linolenat (ALA), asam eikosapentaenoat (EPA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA). Asam lemak dokosaheksaenoat (DHA) merupakan asam lemak yang paling banyak terdapat dalam otak mamalia. Kadarnya dalam lipida membran sel dipengaruhi oleh jenis dan jumlah asam lemak dalam makanan yang dikonsumsi, tingkat perkembangan tubuh (umur) yaitu kadarnya akan tinggi pada masa pertumbuhan dan kemudian menurun pada masa penuaan. Mamalia memperoleh DHA baik dalam bentuk DHA langsung atau dalam bentuk prekursornya yaitu asam alfa-linolenat (ALA), atau senyawa perantara (intermediet) diantara ALA dan DHA, termasuk EPA.
Sintesis EPA dan DHA terjadi dalam fitoplankton dan tubuh hewan, tetapi tidak terjadi dalam tanaman. Karena itu, DHA dan EPA tidak terkandung dalam semua minyak nabati, kacang-kacangan, biji-bijian, termasuk susu (sapi) dan hasil olahannya. Sumber utama EPA dan DHA adalah ikan dan hasil laut lainnya (seafoods); di dalam unggas dan telur kadarnya rendah tetapi juga merupakan sumber EPA dan DHA yang penting. Sumber utama ALA adalah minyak kedelai dan canola; minyak biji flax dan beberapa jenis nuts juga kaya akan ALA tetapi tidak dikonsumsi dalam jumlah banyak. Di dalam tubuh, EPA dan DHA dapat disintesis dari prekursornya yaitu asam alfa-linolenat (ALA). Akan tetapi perlu diutarakan di sini bahwa biosintesis tersebut memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga untuk memperoleh manfaat kesehatan yang lebih cepat, konsumsi EPA dan/atau DHA secara langsung lebih dianjurkan.
Konversi ALA menjadi DHA dalam tubuh manusia berlangsung lambat dan hanya sekitar 1 % ALA dari makanan yang dikonsumsi dapat disintesis menjadi DHA (Williams dan Burdge, 2006). Meskipun konversi ALA menjadi DHA lebih tinggi pada wanita dibandingkan dengan pria dan juga meningkat pada masa kehamilan, namun ternyata bahwa peningkatan konsumsi ALA tidak meningkatkan kadar DHA dalam lipida darah, baik pada wanita hamil maupun pada bayi yang baru lahir. Nampaknya, rendahnya kecepatan sintesis DHA dari ALA merupakan karakteristik umum metabolisme pada manusia, dan tahap yang paling lambat adalah pada proses konversi EPA menjadi DHA (Williams dan Burdge, 2006).
Perkembangan otak
Fosfolipid pada komponen otak abu-abu mengandung banyak DHA dan AA (Asam Arachidonat), hal ini menunjukkan bahwa asam-asam lemak tersebut penting untuk fungsi sistem syaraf pusat. Kadar DHA dalam otak terutama sangat penting, karena penelitian pada hewan percobaan menunjukkan bahwa kurangnya DHA dalam otak dapat menyebabkan menurunnya kemampuan belajar (learning ability). Tidak diketahui dengan jelas bagaimana DHA dapat mempengaruhi fungsi otak, tetapi berkurangnya kadar DHA dalam membran sel neuron otak dapat mempengaruhi fungsi saluran ion (ion channels) atau reseptor pada membran, seperti juga ketersediaan neurotransmitter.
Sebelumnya, untuk memperkaya susu formula akan DHA, digunakan minyak ikan kaya akan EPA dan DHA. Tetapi beberapa bayi prematur yang memperoleh susu formula tersebut mengalami penurunan kosentrasi AA dalam plasma darahnya, yang diikuti dengan menurunnya kecepatan pertumbuhan. Hal ini disebabkan karena tingginya kadar EPA dapat menghambat sintesis AA, padahal asam lemak arahidonat (AA) ini diperlukan untuk pertumbuhan bayi yang normal. Oleh karena itu, untuk susu formula yang telah diperkaya dengan DHA, penambahan EPA tidak dilakukan lagi dan digantikan dengan AA. Pada tahun 2001, US-FDA mengijinkan penambahan DHA dan AA pada susu formula di Amerika Serikat. Sebagian besar susu formula di Amerika Serikat mengandung 8 - 17 mg DHA per 100 kalori dan 16 - 34 mg AA per 100 kalori.
Pengaruh pemberian LCPUFA selama kehamilan dan/atau menyusui terhadap perkembangan syaraf (neuro developmental) bayi telah diteliti. Di Norwegia, bayi (anak-anak) yang dilahirkan oleh ibu yang menerima suplemen minyak hati hari) selama kehamilan dan selama 3 bulan menyusui, mempunyai nilai skor IQ lebih tinggi dalam uji “mental processing” pada umur 4 tahun dibandingkan dengan anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang tidak diberi suplemen minyak hati ikan cod (Helland et al, 2003). Dalam suatu double-blind, randomized-controlled trial, anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang memperoleh suplemen minyak ikan (2,2 gram DHA dan 1,1 gram EPA per hari) selama masa kehamilan 20 minggu sampai melahirkan, menunjukkan nilai skor lebih tinggi dalam uji koordinasi mata dan tangan pada umur 2,5 tahun dibandingkan dengan anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang memperoleh suplemen minyak olive (Dunstan et al, 2008).
Kesehatan otak
Penyakit Alzheimer (Alzheimer’s disease) merupakan penyebab utama terjadinya demensia pada orang dewasa lanjut usia [keterangan: demensia (dementia)] merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak. Orang yang menderita demensia sering tidak dapat berpikir dengan baik dan berakibat tidak dapat beraktivitas dengan baik]. Penyakit Alzheimer dikarakterisasi dengan pembentukan “plak amiloid” dalam sel-sel otak dan syaraf yang mengalami degenerasi. Gejala penyakit ini termasuk hilangnya memori dan kebingungan; hal ini akan makin memburuk seiring dengan berjalannya waktu.
Beberapa studi epidemiologis menunjukkan terdapatnya hubungan antara konsumsi ikan (kaya akan asam lemak omega-3) dalam jumlah tinggi dengan menurunnya risiko timbulnya kelainan fungsi kognitif, demensia dan penyakit Alzheimer. DHA yang merupakan asam lemak omega-3 utama dalam otak, nampaknya bersifat protektif terhadap penyakit Alzheimer (van Marum, 2008).
Beberapa studi observasional telah menemukan bahwa rendahnya status DHA berhubungan dengan meningkatnya risiko penyakit Alzheimer dan juga beberapa tipe demensia (Conquer et al, 2000). Dalam Framingham Heart Study, laki-laki dan wanita yang mempunyai kadar fosfatidilkolin DHA dalam plasma darahnya pada quartile tertinggi, mempunyai 47 % penurunan risiko mengidap penyakit demensia (all-cause dementia) dan 39 % penurunan risiko mengidap penyakit Alzheimer, dibandingkan dengan mereka pada tiga quartile yang lebih rendah (Schaefer et al, 2006).
Referensi
• Conquer JA, MC Tierney, J Zecevic, WJ Bettger dan RH Fisher, 2000. Fatty acid analysis of blood plasma of patients with Alzheimer’s disease, other types of dementia, and cognitive impairment. Lipids, 35(12):1305-1312.
• Dunstan JA, K Simmer, G Dixon dan SL Prescott, 2008. Cognitive assessment of children at age 2(1/2) years after maternal fish oil supplementation in pregnancy: a randomised controlled trial. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed, 93(1):F45-50.
• Helland IB, L Smith, K Saarem, OD Saugstad dan CA Drevon, 2003. Maternal supple-mentation with very-long-chain n-3 fatty acids during pregnancy and lactation augments children’s IQ at 4 years of age. Pediatrics, 111(1):e39-44.
• Schaefer EJ, V Bongard, AS Beiser, et al, 2006. Plasma phosphatidylcholine docosa- hexaenoic acid content and risk of dementia and Alzheimer disease: the Framingham Heart Study. Arch Neurol, 63(11):1545-1550.
• van Marum RJ, 2008. Current and future therapy in Alzheimer’s disease. Fundam Clin Pharmacol, 22(3):265-274.
• Williams CM dan GC Burdge, 2006. Long-chain n-3 PUFA: plant vs marine sources. Proc Nutr Soc, 65:42-50.
Prof Dr Ir Deddy Muchtadi, MS
Departemen Ilmu & Teknologi Pangan
FATETA, Institut Pertanian Bogor
(FOODREVIEW INDONESIA | VOL. VII/NO. 4/APRIL 2012)