
Jumlah produksi pangan di Indonesia terkadang masih berada dibawah kebutuhan penduduknya, hal tersebut tampak jelas terlihat dengan adanya produk pangan pokok seperti, beras, jagung, dan kedelai yang di impor. Laju dan pertumbuhan penduduk Indonesia yang tinggi tentu membutuhkan pasokan pangan yang memadai. Seandainya saja mengalami ketidakseimbangan antara produk pangan dengan jumlah penduduk, maka hal ini dapat mengakibatkan ancaman bagi ketahanan pangan nasional.
Oleh sebab itu, upaya peningkatan produksi pangan harus terus dilakukan oleh pemerintah dan seluruh stakeholders didalamnya. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut yakni melalui pengembangan dan aplikasi Bioteknologi Pertanian. Pro dan kontra memang timbul dari adanya pengembangan bioteknologi pertanian di Indonesia, melalui Lokakarya Bioteknologi Pertanian, SEAFAST Center IPB bekerja sama dengan United State Department of Agriculture (USDA), Michigan State University dan International Service For the Acqusition of Ag-Biotech Applications (ISAAA) ingin memberikan pemahaman dan penjelasan yang akurat mengenai bioteknologi pertanian. Lokakarya Bioteknologi Pertanian ini diselenggarakan di Hotel Neo+ Green Savana Sentul selama 5 hari dari tanggal, 9-11 Juni 2014 dengan menghadirkan para pembicara ahli bidang bioteknologi pertanian dan bidang lain yang terkait.
Prof. Purwiyatno Hariyadi – SEAFAST Center IPB dalam konferensi pers menyatakan, tujuan utama lokakarya ini adalah memberikan informasi yang tepat mengenai potensi bioteknologi pertanian dan pangan, tetapi selain potensi tentu akan ada resiko yang dialami, “Maka dalam lokakarya ini akan lebih banyak memberikan contoh yang terjadi di beberapa Negara mengenai aplikasi bioteknologi pertanian, memberikan pemahaman yang tepat, pertimbangan dan kondisi apa saja yang tepat untuk mengaplikasikan bioteknologi pertanian, hal ini sangat penting karena banyaknya informasi yang tidak tepat mengenai bioteknologi pertanian,”jelasnya.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Ali Abdi Foreign Agriculture Service United State Department of Agriculture (FAS USDA), Ali juga mengatakan program ini dilakukan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai pengembangan Bioteknologi Pertanian di beberapa Negara dengan metode dua arah yaitu antara para ahli dengan partisipan. Sehingga target peserta dari lokakarya ini adalah kombinasi antara pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat agar mengerti peranan dari masing-masing stakeholder tersebut. “Yang menjadi bagian penting lainnya adalah, dengan terselenggaranya program ini dapat mendorong bentuk kerja sama antar institusi yang hadir disini,”tutup Ali. Riska