
Obat herbal dan jamu di Indonesia memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan. Pusat Studi Biofarmaka sebagai salah satu lembaga yang fokus terhadap pengembangan riset dan teknologi pada tanaman obat dan jamu, terus mengadakan acara yang berkaitan dengan hal tersebut. Salah satu acaranya yakni, pameran obat herbal dan jamu yang diadakan pada hari minggu (22/09/13).
Dr.Ir.Leti Sundawati, M.sc.F.Trop menjelaskan, tujuan dari acara ini adalah untuk merayakan Dies Natalies ke – 15 Pusat Studi Biofarmaka sekaligus memperkenalkan tanaman obat dan jamu, dengan tema “Melestarikan Jamu Sebagai Warisan Budaya Indonesia”. Lebih lanjut menurut Dr. Leti, “tujuan lain penyelenggaran pameran ini yakni kami ingin mengajak seluruh masyarakat untuk menyadari bahwa jamu merupakan salah satu warisan budaya Indonesia.”ucapnya. Oleh sebab itu, Biofarmaka membuat beberapa rangkaian acara seperti Pameran Obat dan Jamu, lomba meracik jamu, lomba penulisan artikel jamu, dan peluncuran buku Taman (Terapi Mandiri Diabetes Mellitus) dengan harapan masyarakat lebih menyadari, bahwa Indonesia memiliki berbagai macam tanaman obat dan jamu yang memiliki banyak khasiat.
Pameran obat herbal dan Jamu ini diikuti oleh berbagai peserta, seperti Nyonya Meneer, ASPETRI (Asosiasi Pengobat Tradisional Republik Indonesia), Gapoktan bimbingan Biofarmaka sendiri, dan beberapa yayasan lainnya. Cindy selaku marketing Nyonya Meneer menyatakan bahwa acara ini sangat berkaitan dengan Nyonya Meneer selaku produsen jamu-jamuan, sehingga hal tersebut yang membuat Nyonya Meneer turut berpartisipasi dalam acara ini.
Beberapa obat herbal yang ditemui pada pameran tersebut seperti sambiloto, pegagan, temulawak, umbi dewa, temu putih, dan kunyit. Obat herbal dan jamu tersebut berfungsi untuk menyehatkan badan, membuat badan lebih bugar, kemudian dapat menjadi obat kanker, miom, kista, dan memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak.
Dr.Leti berharap, bahwa kedepannya masyarakat Indonesia lebih menyukai untuk meminum jamu dan menggunakan obat herbal yang tumbuh di Indonesia sebagai perwujudan budaya itu sendiri. Riska