Pergeseran gaya hidup konsumen yang lebih mementingkan kesehatan ternyata membawa perubahan cukup signifikan dalam upaya memilih produk pangan. Didukung dengan informasi yang semakin mudah diakses, produk pangan menjadi semakin kompetitif pula untuk dipilih oleh konsumen. Salah satu aspek yang dicari oleh konsumen adalah clean label atau produk dengan ingridien yang dapat dikenali oleh konsumen, pun termasuk pada bahan tambahan pangan (BTP) seperti antioksidan.
"Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA), tertiary butylhydroquinone (TBHQ), butylated hydroxyanisole (BHA), butylated hydroxtoluene (BHT), propyl gallate, ascorbyl palmitate adalah beberapa jenis antioksidan sintetik yang berpeluang tidak lagi dipilih oleh konsumen saat ini," kata Lead Scientist, Food Protection Kalsec, Drew Elder dalam FoodReview Indonesia Webinar - Fats, Oils, and Antioxidants in Food Products yang diselenggarakan oleh FoodReview Indonesia dan didukung oleh PT Connell Bersaudara Chemindo dan Kalsec, pada 8 Desember 2022.
Lebih lanjut, Elder mengatakan bahwa saat ini konsumen lebih tertarik dan memilih berbagai variasi antioksidan yang berasal dari bahan alami seperti dari turunan tanaman rosemary (carnosic acid, carnosol), teh hijau (catechins), acerola Cherry (ascorbic acid), tokoferol campuran (minyak nabati) asam askorbat (turunan jagung), dan asam sitrat (fermentasi gula).
Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Kelompok Substansi Standardisasi Bahan Tambahan Pangan, Bahan Penolong, Kemasan, Cemaran, dan Cara Ritel Pangan yang Baik, Direktorat Standardisasi Pangan Olahan, BPOM, Dra. Deksa Presiana, Apt, M.Kes juga menuturkan BTP alami memang lebih disukai oleh konsumen dibanding dengan sintetik namun, perlu juga digarisbawahi bahwa BTP alami cenderung bersifat mudah rusak sehingga umur simpannya relatif singkat. "Untuk itu, inovasi teknologi yang lebih baik perlu diupayakan agar dapat meningkatkan stabilitas BTP terutama antioksidan alami," pungkas Deksa. Fri-35