Pengurangan Kehilangan Pangan Pasca Panen untuk Peningkatan Ketersedian Pangan


 

Kehilangan pangan (food losses) masih menjadi permasalahan dalam menciptakan sistem pangan yang efisien. Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa di negara-negara berkembang, besarnya kehilangan bahan pangan dari proses setelah panen sampai ke tingkat konsumen berkisar antara 7-70%. Di Indonesia, berdasarkan Hilman (2011) dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura, besarnya angka kehilangan bahan pangan tersebut diakibatkan oleh beberapa tiga faktor yaitu (i) kurangnya aplikasi teknologi dalam penanganan bahan pangan pasca panen, (ii) kurangnya infrastruktur yang memadai untuk distribusi bahan-bahan pangan dari ladang menuju tingkat ritel dan konsumen, serta (iii) kurangnya praktek-praktek cara produksi pangan yang baik. 

 

Selain menyebabkan kerugian finansial dari sisi petani dan berkurangnya kebutuhan pangan untuk manusia, kehilangan pasca panen juga memberikan efek yang besar pada lingkungan karena secara langsung berkontribusi pada peningkatan beban limbah. Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, Prof. Purwiyatno Hariyadi menjelaskan bahwa pengurangan kehilangan bahan pangan pasca panen merupakan cara yang paling mudah dan efektif untuk meningkatkan ketersediaan pangan, mengembangkan keamanan pangan, memperbaiki status gizi masyarakat, dan sebagai upaya pelestarian sumber daya tanah dan air.

Selanjutnya dapat dibaca di Foodreview Indonesia edisi Oktober 2017

Artikel Lainnya

  • Mar 13, 2025

    IFFA 2025: Hadirkan Inovasi dan Teknologi Lebih Efisien untuk Industri Pengolahan Daging & Protein

    Pameran dagang internasional terkemuka untuk industri pengolahan daging dan protein alternatif, IFFA akan dilaksanakan pada 3-8 Mei 2025 di Frankfurt am Main, Jerman. Pameran terkemuka ini akan menyuguhkan solusi, inovasi, dan teknologi terkini untuk industri pengolahan daging mulai dari bahan baku, pemrosesan, pengemasan, hingga strategi dan tren penjualan terkini. ...

  • Mar 08, 2025

    Khasiat Kesehatan Komponen Bioaktif Minyak Sawit: Kajian Ilmiah dan Potensi Manfaat

    Komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh yang seimbang pada minyak sawit, sebuah minyak tropis, seringkali disalahpahami. Kandungan asam lemak jenuh yang lebih tinggi dibandingkan minyak nabati lainnya (misalnya kedelai, jagung, dan zaitun) menjadi sasaran "kampanye negatif" yang berupaya mendiskreditkan minyak sawit sebagai minyak yang tidak menyehatkan.   ...

  • Mar 06, 2025

    PEDOMAN DESAIN KEMASAN PLASTIK SIRKULAR UNTUK INDONESIA BAGIAN II

    Kajian tentang tampilan keseluruhan dan penggunaan berbagai bahan kemasan telah dilakukan, termasuk kemampuan daur ulang, nilai material untuk pendaur ulang, volume, hingga penggunaan bahan campuran yang digabungkan dalam satu kemasan (kaca, logam, dan plastik). Selama pengujian yang dilakukan oleh beberapa anggota ADUPI, perhatian difokuskan pada botol, label, penggunaan tinta dalam label, tutup, pompa, segel, kantong, sachet, volume pengisian, warna dan pengaruhnya pada nilai daur, promosi, serta sampel yang melekat pada produk. ...

  • Mar 04, 2025

    TANTANGAN DAN PELUANG MINYAK TROPIS & IMPLIKASINYA PADA KESEHATAN

    Kompetisi dagang tak hanya terjadi antarnegara, tetapi juga antarkomoditas. Istilah "minyak tropis", yang digunakan sebagai senjata dalam persaingan bisnis, adalah salah satu buktinya. Istilah ini ternyata menyimpan banyak kesalahpahaman yang memojokkan citra minyak sawit. Ironisnya, di balik label "minyak tropis" yang terlanjur populer itu, sebenarnya tidak ada definisi hukum atau ilmiah yang jelas.   ...

  • Mar 03, 2025

    Pameran IFFA 2025: Inovasi dan Solusi Profesional untuk Industri Pengolahan Daging

    Pameran dagang internasional terkemuka untuk industri pengolahan daging dan protein alternatif, IFFA akan diselenggarakan di Frankfurt am Main, pada 3-8 Mei 2025. Pameran tiga tahunan ini menyuguhkan solusi dan teknologi terkini untuk industri daging mulai dari pemrosesan hingga pengemasan juga bahan-bahan inovatif dan tren distribusi. ...