Saat ini warna juga menjadi salah satu dari alat pemasaran. Hasil survei pasar menunjukkan bahwa 97% merek produk pangan menggunakan pewarna untuk mengindikasikan flavor. Warna digunakan dalam pemasaran dengan sejumlah alasan seperti menutup warna yang tidak diinginkan, lebih menarik konsumen, menutup degradasi warna alami selama distribusi dan penyimpanan, dan lainnya. Tingkat penjualan produk juga dipengaruhi oleh warna. Sebagai contoh, produk saos yang diproduksi industri besar mengalami peningkatan yang dramatis setelah diberi tambahan warna sehingga warna produk menjadi tidak pucat lagi. Demikian pula, produk minuman cola yang tidak berwarna ternyata gagal di pasar.
Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa warna yang sama untuk suatu produk bisa menghasilkan persepsi terhadap flavor yang juga berbeda tergantung dari kelompok konsumennya. Budaya juga berpengaruh terhadap persepsi flavor berdasarkan warna tersebut. Penelitian tentang identifikasi flavor minuman berwarna merah dan biru di Taiwan menghasilkan persepsi flavor yang berbeda dengan di Inggris. Di Taiwan warna merah diasosiasikan sebagai flavor cranberry sedangkan di Inggris diidentifikasi sebagai flavor cherry atau stroberi. Warna biru dinyatakan sebagai flavor mint di Taiwan, sedangkan di Inggris dipersepsikan sebagai rasa raspberry.
Lebih lengkapnya dapat dibaca di FOODREVIEW Indonesia edisi "Flavor: The Essence of Good Food" | Februari 2018 | Untuk pembelian atau langganan majalah bisa hubungi langganan@foodreview.co.id