Dalam produk pangan, albumin salah satunya dapat menjadi ingridien fungsional pada biskuit. Diketahui bahwa biskuit yang diproduksi dengan tepung yang difortifikasi dengan albumin ikan gabus (biskuit ikan) menghasilkan pengaruh yang lebih baik daripada biskuit dengan protein dari susu (biskuit susu). Sari dkk. (2014) melakukan penelitian pada kelompok anak yang mengonsumsi kedua jenis biskuit tersebut di mana kandungan protein kedua biskuit mempunyai kandungan energi dan protein yang sama. Setelah mengonsumsi 60 g biskuit selama 56 hari, diketahui bahwa terjadi perbedaan asupan energi dari kelompok biskuit ikan dan biskuit susu. Kelompok biskuit ikan mempunyai kontribusi lebih besar terhadap asupan gizi daripada kelompok biskuit susu (Tabel 2). Rata-rata immunoglobulin (IgG) mengalami kenaikan dan IgG pada kelompok biskuit ikan lebih tinggi, yaitu 0,88 ± 0,58 mg/ml dibandingkan IgG kelompok biskuit susu yang mengalami penurunan, yaitu -60,31 ± 81,73 mg/ml. Kelompok biskuit ikan juga mengalami kenaikan rata-rata albumin yang lebih tinggi, yaitu 0,48 ± 0,32 g/dl dibandingkan kenaikan albumin pada kelompok biskuit susu, yaitu 0,05 ± 0,13 g/dl.
Lebih lengkapnya silakan baca di FOODREVIEW INDONESIA edisi Maret 2018 : "Exploring Traditional Functional Ingredients"