Fortifikasi dikenal sebagai sebuah program yang lebih cost-effective dibandingkan suplementasi. Artinya, perbandingan antara biaya dan manfaat yang diperoleh lebih tinggi. Fortifikasi juga tidak tergantung pada tingkat kepatuhan karena intervensi ini dilakukan dengan menambahkan komponen zat gizi mikro dalam makanan atau minuman tertentu (disebut makanan atau minuman pembawa atau food vehicle). Masyarakat yang mengonsumsi produk pangan terfortifikasi akan otomatis memperoleh tambahan zat gizi mikro. Oleh karena itu, tantangan terbesar dari pelaksanaan fortifikasi adalah bagaimana menentukan jumlah zat gizi mikro yang ditambahkan (fortifikan) secara tepat sehingga memberikan dampak signifikan.
Lebih lengkapnya silakan baca di Foodreview Indonesia edisi Juni 2019: Dairy Story. Pembelian & Berlangganan hubungi kami: langganan@foodreview.co.id / 0251 8372 333 / WA 0811 1190 039.