Peluang dan Tantangan Sistem Keamanan Pangan Terpadu di Indonesia


 

Beberapa tahun terakhir, keamanan pangan menjadi isu utama di Indonesia. Ditambah lagi peningkatan ekonomi dan perkembangan yang luas dalam teknologi informasi, telah membuat masyarakat menjadi lebih sadar akan masalah keamanan pangan. Isu-isu terkait dengan penggunaan bahan tambahan pangan (BTP), pemalsuan produk seperti penambahan melamin dalam susu formula bayi, munculnya kontaminasi patogen yang menyebabkan kasus kejadian luar biasa (KLB), kemasan plastik, serta adanya pangan modifikasi genetik menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat sebagai konsumen. Oleh karena itu, diperlukan sistem kontrol pangan yang terintegrasi untuk menjamin keamanan dalam setiap rantai pangan.

 

"Sistem kontrol pangan nasional yang kuat akan memainkan peran penting dalam memastikan konsumsi pangan yang aman, melindungi kesehatan konsumen, dan memfasilitasi praktik perdagangan yang baik di Indonesia. Sistem tersebut digunakan untuk mencapai keberhasilan peradapan masyarakat dan ekonomi yang sehat di Indonesia, selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)," tutur Direktur SEAFAST Center IPB, Prof. Nuri Andarwulan dalam Sambutan Pembukaan 2nd SEAFAST International Seminar "Facing Future Challenges: Sustainable Food Safety, Quality, and Nutrition" yang diselenggarakan di Bogor pada 4 September 2019.

Untuk memastikan keamanan pangan baik untuk konsumsi domestik maupun ekspor, Plt. Deputi 3 Badan POM, Ir. Tetty Helfery Sihombing, MP menjelaskan bahwa Indonesia telah mengadopsi sistem keamanan pangan terpadu atau Integrated Food Safety System (IFSS). "IFSS Indonesia dibuat berdasarkan “Guidelines for Strengthening National Food Safety Programs” dari WHO untuk mencapai kesetaraan dengan standar keamanan pangan internasional. IFSS Indonesia terdiri dari tiga jaringan fungsional yaitu jaringan intelijen pangan, jaringan kontrol pangan, dan jaringan promosi pangan yang mencerminkan tiga komponen analisis risiko. Tiga komponen tersebut yakni penilaian risiko, manajemen risiko, dan komunikasi risiko," jelas Tetty. Fri-37

Artikel Lainnya

  • Jul 09, 2025

    Pendugaan Pertumbuhan dan Inaktivasi Mikroba pada Pangan

    Pangan mengandung nutrisi yang diperlukan oleh mikroba untuk tumbuh dan berkembang hingga pada tingkat yang dapat memberikan keuntungan, menyebabkan kerusakan, atau menyebabkan penyakit pada manusia. ...

  • Jul 08, 2025

    RUA V GAPMMI 2025: Adhi S. Lukman Kembali Pimpin Asosiasi secara Aklamasi

    Gabungan Produsen Makanan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) sukses menggelar Rapat Umum Anggota (RUA) V tahun 2025 pada tanggal 8 Juli 2025 di Jakarta. Acara ini menjadi momentum penting untuk merefleksikan capaian dan tantangan yang telah dilalui industri makanan dan minuman Indonesia, sekaligus menandai berakhirnya masa bakti kepengurusan periode 2020-2025 yang dipimpin oleh Adhi S. Lukman. ...

  • Jul 07, 2025

    Mengkaji Ulang Asal-Usul Sambal Kacang

    Saat menikmati pecel, gado-gado, satai, ketoprak, atau otak-otak, rasanya sulit membayangkan hidangan-hidangan ini tanpa siraman sambal kacang yang gurih, manis, dan seringkali juga disertai dengan sensasi pedas dari cabai. Begitu eratnya bumbu ini dengan kuliner Nusantara, hingga seakanakan keberadaannya sudah menyertai hidangan tersebut sejak awal. ...

  • Jul 03, 2025

    Teknologi Pasteurisasi & Mikrofiltrasi Susu: Menjamin Keamanan Pangan, Mengoptimalkan Zat Gizi

    ...

  • Jun 25, 2025

    Food Taipei Mega Shows 2025 Resmi Dibuka

    Pameran FOOD TAIPEI MEGA SHOWS 2025 resmi dibuka hari ini, di Taipei Nangang Exhibition Center Hall 1 dan 2. Diselenggarakan oleh Trade Development Council (TAITRA), pameran ini akan menyatukan lima pameran secara serentak yakni FOOD TAIPEI, FOODTECH TAIPEI, BIO/PHARMATECH TAIWAN, TAIPEI PACK, dan TAIWAN HORECA. Berlangsung selama empat hari hingga Jumat, 28 Juni 2025, pameran ini memecahkan rekor dengan 1.700 peserta dan 45.000 booth, menegaskan posisi Taiwan sebagai pusat inovasi dan daya tarik dalam rantai pasok pangan global.  ...