Nutrigenomika Dan Masa Depan Teknologi Pangan Indonesia




G.B. Nair, PhD dari Translational Health Science and Technology Institute India menjelaskan tentang mikrobiota usus yang berkaitan dengan probiotik untuk kesehatan manusia. “Saluran usus manusia merupakan bagian kompleks mikroorganisme yang biasanya disebut mikrobiota usus. Mikrobiota usus berisi ratusan spesies sampai dengan 1012 bakteri untuk setiap gram isi usus manusia,” kata Nair dalam acara Seminar Nasional Nutrigenomika dan Masa Depan Teknologi Pangan (SNTP) 27 Juni 2013 di Gedung Yustinus Lantai 15 UNIKA Atma Jaya Jakarta. Lebih lanjut menurut Nair, pola makan memiliki peran dominan atas variable lain seperti etnis, sanitasi, kebersihan, geogafi dan iklim dalam membentuk mikrobiota usus.

Dalam kesempatan yang sama Guru besar UNIKA Atma Jaya Jakarta Prof Dr. F.G. Winarno memberikan ulasan tentang pangan bagi gaya hidup sehat yang erat kaitannya dengan teknologi pangan baru dan canggih. Menurut Prof Winarno, teknologi pangan harus menyeimbangkan kebutuhan rasa dan tubuh serta menyeimbangkan kehidupan mikroflora usus dan mikrobiom. “Di dalam perut manusia terdapat bakteri yang baik dan buruk, wanita dan pria mempunyai kandungan bakteri yang berbeda. Pada wanita mengandung 0,8 kg bakteri & pada pria 1,0 kg bakteri,” jelasnya.

dr. Widjaja Lukito PhD dari SEAMEO Regional Center for Food and Nutrition/RECFON Universitas Indonesia menuturkan, kemajuan di bidang kedokteran dapat sejalan dengan pangan dan gaya hidup sehat. “Identifikasi klinis menurut dunia kedokteran dipengaruhi oleh lingkar perut, trigliserida, kolesterol, tekanan darah, dan kandungan gula dalam darah. Untuk itu tujuan Medical Nutrition Therapy yang diberikan pada penderita diabetes harus mencapai dan mempertahankan status metabolik yang optimal,” kata Widjaja.  Adapun yang dimaksud dengan mempertahankan metabolik yang optimal meliputi konsentrasi gula darah, tekanan darah pada rentang normal, dan profil lipid untuk mereduksi risiko penyakit kardiovaskular. “Anjuran makanan dan pola makan pada penderita diabetes harus menghindari pola makan sekali makan banyak, serta mengonsumsi makanan non-glikemik karbohidrat (dietary fiber, resistant starch, oligo-fructosaccharide),” ujar Widjaja. Selain itu, Widjaja juga menambahkan, Pola makan yang rendah GI (Glikemik Indeks) membantu mengontrol sindrom metabolik dan beberapa penyakit degenartif, serta menurunkan gula darah. Penerapan konsep GI dalam kehidupan sehari-hari juga harus mempertimbangkan keamanan jangka panjang. Afrilia

Artikel Lainnya